Jeshita's personal journal of motherhood, fun-learning with the kid, homeschooling, muslim personal development, recipes, and other things she loves.

Minggu, 15 November 2015

Sesi Ketiga Kelas Bayi Bermain: Pengenalan Konsep Melalui Permainan


Memangnya konsep seperti apa sih yang dapat dikenalkan melalui permainan?


Dari Kelas Bayi Bermain sesi ketiga, saya baru menyadari bahwa permainan sensori dapat mengajarkan anak tentang beragam konsep, seperti banyak-sedikit, besar-kecil, bentuk, dan warna. Adapula pengenalan konsep abstrak, diantaranya remas, tuang, tumpah, menyerap, dll. Komunikasi yang dilakukan pada saat mengenalkan konsep-konsep tersebut juga dapat memperbanyak kosakata anak. 

Wah, ternyata banyak ya manfaat permainan sensori. Lalu, bagaimana dengan cara bermainnya? Mudah dan sederhana saja. Hanya butuh beberapa alat, perhatian penuh, dan kesabaran orang tua. Seperti apa pengalaman Si Teteh dalam sesi ketiga kemarin?


Pemanasan yuk, teman-teman.

Kali ini kami datang agak terlambat, sekitar 10 menit. Maklum, rumah kami jauh dari Rimba Baca. Kami pun harus menunggu Si Teteh bangun dari nap paginya dahulu sebelum berangkat. Demi kenyamanan bermain di kelas. :)

Sesampainya di Rimba Baca, kelas sudah dimulai. Setiap sesi dimulai dengan rutinitas perkenalan diri dan saling menyapa. Kami bergegas bergabung dan Si Teteh disambut meriah oleh Tim Rumah Dandelion dan teman-teman. Langsung saja Si Teteh mengambil gelang kerincing dan mengikuti pembukaan kelas dengan bernyanyi bersama, dilanjuti bermain dance/freeze. Permainan ini melatih motorik kasar, kemampuan mendengar, mengikuti petunjuk, dan mengontrol diri. Dari pembukaan kelasnya saja sudah banyak aspek tumbuh kembang yang diasah, senangnya. :)

Permainan Bagian Pertama


Motorik kasar dan melatih keseimbangan merupakan fokus dari bagian pertama sesi kali ini. Jenis permainannya ada tiga; Uncang-Uncang Angge, balok titian, dan beanbag. Balok titian dan beanbag sama persis dari sesi sebelumnya. Sedangkan Uncang-Uncang Angge merupakan cara lain bermain dengan gymball dari minggu lalu juga. Tujuan pengulangan permainan ini agar anak familiar dengan mengingat kembali sebagian dari kegiatan sesi lalu.

Si Teteh cengar-cengir, Bob-nya sampai keluar urat.

Dalam permainan pertama, Si Teteh tidak ragu lagi untuk memulai. Karena setelah sesi minggu lalu, Bob mulai rajin mengajaknya bermain Uncang-Uncang Angge di rumah. Namun di level kedua, yang prosesnya dilakukan dengan Si Teteh diangkat membelakangi Bob, masih belum berani. Langsung mewek...haha (gimana sih ibunya malah ketawa?).

Kami melanjutkan ke permainan balok titian. Selain keseimbangan, ternyata permainan ini dapat melatih agar kaki anak tidak menjadi flat feet. Kali ini, Si Teteh belum berhasil juga melewati baloknya. Tidak apa-apa ya, pelan-pelan saja. Selanjutnya Si Teteh mencoba permainan beanbag. Ia diletakkan dalam posisi tiduran. Tidak suka, langsung nangis. Lalu dibantu oleh Tante Nadya untuk berguling membebaskan diri.

Oiya, hampir lupa. Ada juga permainan terowongan dari minggu lalu, yang bertujuan melatih kognitif anak. Kali ini Si Teteh juga belum mau tuh masuk terowongannya. Kalau menurut Bob ada hubungannya dengan ketakutannya kalau masuk ke dalam lift. Nampaknya, ini bisa jadi bahan diskusi dengan Tim Rumah Dandelion minggu depan.

Permainan Bagian Kedua


Prit, prit, prit, waktu habis. Beralih ke bagian permainan berikutnya, melatih kognitif. Permainan ini bertujuan mengenalkan anggota tubuh melalui lima alat peraga; gambar mulut, mata, hidung, dan sepasang gambar telinga.

Ada tiga tahapan konsep cara mengenalkan tiga anggota tubuh tersebut. Pertama, pegang benda dan sebut bendanya. Contohnya menyebutkan "Mulut", sambil menunjuk ke arah mulut saya. Tahap kedua melalui hand gesture. Saya memberikan dua pilihan gambar kepada Si Teteh, kemudian memintanya menunjuk yang disebut. Sedangkan pengenalan konsep yang terakhir melalui verbal. Saya bertanya apa nama dari gambar yang dipegang, dengan harapan Si Teteh kemudian menjawabnya.

Atas: Lima alat peraga. | Bawah: Si Teteh kehilangan konsentrasi, Ibu dan Bob malah iseng.

Konsep tahap pertama sangat mudah. Namun konsep-konsep berikutnya masih belum dapat dilakukan oleh Si Teteh. Tim Rumah Dandelion menganjurkan cara alternatif. Gambar bisa digantikan dengan menunjuk anggota tubuh asli. Ternyata Si Teteh lebih mahir menggunakan teknik ini. Sekarang ia sudah bisa menunjukkan yang mana hidung dan kepala.

Trik lain adalah dengan menggunakan suara atau ekspresi aneh saat menyebutkan nama anggota tubuh. Dapat juga dilakukan di depan cermin. Dengan cara ini anak akan lebih memperhatikan dan mudah mengingatnya. Perlu diteruskan lebih sering nih di rumah. Kami diperbolehkan membawa pulang alat-alat peraganya lho. :D

Permainan Bagian Ketiga


Masuk ke permainan sensori yang agak messy. Saya berpikir "Wah, kotor-kotoran nih. Siap-siap". Hehe. Saya mendukung sekali permainan sensori, bahkan senang melihat perubahan Si Teteh yang semakin menikmatinya. Hanya saja, saya langsung siap siaga mengambil tissue untuk antisipasi noda kena baju. Maklum, namanya juga ibu-ibu.

Permainan sensori kali ini dibantu dengan satu bin besar berisi satu wadah kosong, satu wadah berisi air berwarna kuning, dan satu potong busa berukuran kecil. Si Teteh yang dibantu oleh Bob berusaha mencelupkan busa di wadah sebelah kiri yang berisi air berwarna. Kemudian mengangkatnya ke atas wadah kosong, dan meremasnya untuk meneteskan air ke dalam wadah.

Ada beberapa hal yang diajarkan melalui permainan ini. Utamanya melatih motorik halus dengan meremas busa dan memeras air. Kemudian mengenalkan konsep abstrak seperti meremas, memeras, tuang, tumpah, kenyal, lembek, menyerap, basah, dll. Selain itu, permainan ini juga melatih anak dalam berproses. Maksudnya seperti proses menunggu hasil dari saat mencelupkan busa, mengangkat dan meremasnya. Anak perlu bersabar dalam proses pengisian, dari wadah yang kosong menjadi penuh.

Satu hal lagi yang tak kalah pentingnya, adalah melatih anak dalam proses menulis. Menulis? Apa hubungannya? Dengan menggerakkan tangan dari wadah yang penuh ke wadah yang kosong (wadah penuh di sebelah kiri dan kosong di kanan), anak diperkenalkan dengan gerakan menulis dari kiri ke kanan. Wah, ini pengetahuan baru untuk saya.

Selalu seru dengan parasut. Setelahnya, anak-anak heboh mengembalikan bola.

Permainan meremas busa merupakan permainan inti terakhir dari sesi kali ini. Kelas dilanjuti dengan penutupuan melalui permainan favorit (baca: kesukaan saya), yaitu parasuuut. Permainannya kurang lebih sama, tapi ternyata di permainan parasut setiap sesi dilengkapi dengan atribut tambahan yang berbeda.

Parasut sesi ini ditambah meriah dengan bola-bola kecil yang disebarkan di lantai. Yup, anak-anak pun kegirangan mengejar bola-bola. Kemudian, Si Teteh dan teman-teman berama-ramai mengembalikkan bolanya untuk dibereskan. Tak terasa, satu jam berlalu begitu saja. Alhamdulillah, selalu happy bersama Rumah Dandelion.

Sadarkah teman-teman dengan konsep-konsep yang ada dalam permainan keseharian bersama anak? Konsep apa saja yang sudah pernah diajarkan/dikenalkan?

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Happiness Through Sharing And Caring . All rights reserved. BLOG DESIGN BY Labinastudio .