Jeshita's personal journal of motherhood, fun-learning with the kid, homeschooling, muslim personal development, recipes, and other things she loves.

Kamis, 05 November 2015

Evaluasi Dalam Homeschooling, Perlukah?

Buku-buku yang saat ini sedang dibaca, sebagai sumber pengetahuan dan peninjauan tumbuh kembang Si Teteh
Pada awal saya melakukan research mengenai homeschooling, saya sempat mempertanyakan "Perlukah melakukan evaluasi? Penting ya? Bagaimana caranya? Apakah saya harus memberikan ujian kepada anak? Apakah seperti rapor atau catatan kecil orangtua saja sudah cukup? Uhm...agak pusing memikirkannya. Menurut saya ini merupakan salah satu aspek homeschooling yang pelaksanaannya dapat menjadi beban, khususnya untuk saya selaku fasilitator utama.

Setelah mengikuti webinar sesi kedelapan (29 Oktober) bersama Rumah Inspirasi, saya mendapatkan pencerahan bahwa proses evaluasi tidak seberat yang saya bayangkan. Bahkan mindset saya telah berubah. Evaluasi bertujuan untuk merefleksikan proses homeschooling yang dijalani, bukan hanya sekedar penilaian hasil belajar anak seperti dalam rapor sekolah.

Intinya proses ini merupakan alat bantu agar orangtua dan anak dapat meningkatkan kinerja dalam proses pembelajaran. Rumah Inspirasi menekankan bahwa evaluasi jauh lebih dalam dan lebih luas dari hanya sekedar rapor. Lalu bagaimana cara mengevaluasi proses homeschooling? Selengkapnya baca terus dalam tulisan ini.

Pengertian proses evaluasi dalam homeschooling

Sebelum membahas tentang cara, mari kita pahami lebih lanjut mengenai definisi evaluasi. Evaluasi merupakan alat untuk memperbaiki, bukan untuk menghakimi. Jadi jangan bayangkan proses evaluasi ini hanya seperti membuat rapor, dan nantinya ketika ada nilai anak yang kurang memuaskan maka anak ditegor atau dipaksa untuk mengejar ketertinggalannya. Apalagi sampai diberi hukuman. Wah, ini dapat membuat image evaluasi menjadi sesuatu yang menakutkan dalam menjalani homeschooling. Horror!

Dalam proses idealnya, ada tiga hal yang terdapat di dalam siklus homeschooling yaitu visi pendidikan keluarga, kegiatan belajar, dan evaluasi secara periodik. Evaluasi merupakan tolok ukur perbandingan antara visi keluarga dengan kegiatan belajar yang dipraktekkan dalam keseharian. Sehingga orangtua dapat meninjau kembali apakah materi, kegiatan, dan jadwal belajar yang dilaksanakan sudah sesuai dengan visi yang meliputi kurikulum dan rancangan kegiatan homeschooling. Jangan sampai orangtua mengharapkan anaknya menjadi hafidz Qur'an tetapi dalam kesehariannya orangtua jarang membaca Al-Qur'an. Kemudian pembelajarannya diserahkan hanya kepada kelompok pengajian.

Melalui evaluasi, orangtua juga dapat merefleksikan apakah kegiatan belajar yang dilakukan dalam keseharian sudah cukup variatif. Kegiatan yang beragam bertujuan untuk menghindari anak menjadi bosan. Dengan evaluasi orangtua dapat mengetahui apakah anak kurang waktu keluar rumahnya untuk bersosialisasi, atau mungkin jadwal kegiatannya terlalu padat sehingga anak mulai stress. Kemudian, orangtua juga dapat menilai kualitas dari aktivitas yang dijalani. Jika anak gemar bermain bola, sesuai dengan persetujuan anak, orangtua mendaftarkannya ke klub bola untuk meningkatkan kemampuan. Sehingga anak dapat mengikuti pertandingan-pertandingan yang lebih menantang.

Selain refleksi tentang keselarasan visi keluarga dan ragam kegiatan serta kualitasnya, ada dua aspek lain yang sangat penting untuk ditinjau ulang. Apakah anak menikmati prosesnya? Dan apakah orangtua merasa puas dengan kualitas dari aktivitasnya? Jika keduanya dijawab dengan "Ya", maka sistem homeschooling yang dijalani sudah ideal. Apabila anak tidak senang dan orangtua belum puas, maka perlu dilakukan perubahan terhadap praktek harian atau mungkin peninjauan ulang visi pendidikan.

Pengertian evaluasi sebagai alat refleksi orangtua merupakan penilaian mengenai proses homeschooling. Adapula tujuan lain yang berhubungan dengan hasil belajar anak. Peninjauan nilai anak dapat dilakukan melalui pengerjaan buku-buku soal, tanya jawab, presentasi, dan proyek-proyek.

Bagaimana cara mengevaluasinya?

Setelah memahami definisi evaluasi, perlu diketahui juga bahwa ada dua jenis evaluasi yaitu informal dan formal. Evaluasi informal bersifat insidental. Penilaian terhadap kemampuan/perilaku anak dilakukan pada saat kesempatan hadir dan tidak direncanakan. Evaluasi ini dilakukan berdasarkan kebutuhan yang ada pada momen tertentu, yang pelaksanaannya melalui diskusi dan mengobrol. Proses evaluasi yang bersifat informal ini merupakan yang paling banyak ditemui dalam keseharian homeschooling.

Sebagai contoh, Si Teteh sudah sering saya ajarkan untuk merapihkan kembali mainan atau buku-buku yang sudah tidak dipakai. Walaupun pada kenyataannya Si Teteh masih banyak memerlukan bantuan, tetapi kebiasaan ini sudah diterapkan sejak dini. Ketika Si Teteh lupa dan langsung ingin berganti kegiatan tanpa memperlihatkan tanda-tanda ingin merapihkan, saya mengajaknya berbicara. Saya ingatkan kembali bahwa mainan atau buku yang berserakan perlu kita kembalikan ke tempat semula. Lalu kami pun membereskannya bersama.

"Watching a child makes it obvious that the development of the mind comes through the movements." —Maria Montessori

Jenis yang kedua, evaluasi yang bersifat formal, merupakan proses evaluasi paling umum yang diketahui kebanyakan orang. Proses ini terdiri dari mendokumentasikan kegiatan belajar, hasil belajar anak, dan penilaian hasil belajar. Evaluasi seperti ini yang biasanya juga digunakan untuk mengkomunikasikan kemajuan belajar anak kepada pihak selain keluarga inti, seperti kakek nenek dan lembaga pendidikan.

Membuat rapor dari penilaian hasil belajar anak masuk ke dalam kategori ini.  Bagi anak homeschooling yang akan mengikuti ujian paket kesetaraan, orangtua perlu membuat rapor. Salah satu caranya adalah dengan memberikan ujian kepada anak melalui buku-buku soal yang berhubungan dengan materi belajarnya.

Contoh dari evaluasi formal di keluarga kami saat ini, yaitu menyediakan daftar yang berisi rencana kegiatan mingguan. Pada kenyataannya tidak semua aktivitas dapat kami laksanakan setiap minggunya. Akan tetapi daftar ini kami jadikan sebagai arah atau ide bermain. Kemudian, kami pun sering mendokumentasikan aktivitas-aktivitas tersebut dalam bentuk foto atau video di handphone. Tidak hanya kegiatan, termasuk juga proses tumbuh kembangnya Si Teteh. Seperti langkah-langkah awal Si Teteh, beberapa kata pertamanya yang jelas, proses belajar makan dan minum sendiri, dll.

Untuk memperkaya pengetahuan, saya membaca seri buku What To Expect yang ditulis oleh Heidi Murkoff. Buku What To Expect When You're Expecting telah saya baca pada masa kehamilan. Setelah Si Teteh lahir saya meneruskan dengan membaca buku kedua, What To Expect The First Year. Pengetahuan dari buku-buku ini saya gunakan untuk mengevaluasi jalannya proses kehamilan dan tahun pertamanya Si Teteh.

Adapula dua buku yang sedang saya baca, yang digunakan untuk meninjau tumbuh kembang Si Teteh saat ini. Masih dari Heidi Murkoff, What To Expect The Second Year, dan buku rekomendasi dari Rumah Inspirasi, Slow And Steady Get Me Ready oleh June Oberlander. Kedepannya saya berencana untuk membuat checklist tumbuh kembang Si Teteh berdasarkan kedua buku ini.


- Kebahagiaan Si Teteh merupakan tolok ukur utama keseharian kami -

Berdasarkan pengalaman pribadi dari keluarga Rumah Inspirasi, proses evaluasi anak usia dini (prasekolah) menitikberatkan pada beberapa aspek. Diantaranya adalah efektivitas kegiatan keseharian, kebahagiaan anak di saat menjalankannya, dan checklist dari rencana kegiatan atau poin-poin tumbuh kembang anak. Sama halnya dengan keluarga kami, kebahagiaan Si Teteh dalam melakukan kegiatan keseharian merupakan aspek utama yang kami kedepankan.

Untuk anak yang sudah lebih besar, ada beberapa cara dan alat dalam proses peninjauan seperti yang dapat dilihat pada gambar di bawah. Soal-soal ujian dapat digunakan oleh orangtua untuk membuat rapor hasil belajar anak yang nantinya akan menjadi salah satu persyaratan untuk mengikuti ujian kesetaraan. Sedangkan tanya-jawab dan narasi merupakan proses yang lebih mudah ditemui dalam keseharian homeschooling.

- Beberapa cara dan alat evaluasi. Sumber: Rumah Inspirasi -

Hasil karya anak sebaiknya dikumpulkan dan didokumentasikan, bisa berupa blog, pengumpulan karya di dalam map sesuai dengan urutan waktu pembuatannya, atau melalui album foto di Facebook. Kalau rencana saya untuk Si Teteh di saat usianya masih dini, karya-karyanya nanti akan dikumpulkan lalu di-scan dan disimpan dalam bentuk digital. Kemungkinan akan disimpan untuk keperluan keluarga kami saja. Penyimpanannya dapat melalui program seperti Evernote. Sehingga mudah untuk diakses dan dibagikan. Mungkin di saat Si Teteh sudah cukup umur, saya akan menawarkan pembuatan blog sebagai online portfolio dari hasil karya atau kegiatannya. Seperti yang telah dilakukan anak-anak dari keluarga Rumah Inspirasi - Yudhis dan Tata.

Semoga dengan membaca tulisan saya ini, teman-teman dapat mengetahui seberapa pentingnya proses evaluasi dalam homeschooling. Juga sekilas mendapat gambaran tentang cara pelaksanaannya. Jadi bagi yang minder untuk melakukan evaluasi, seperti saya tadinya, mudah-mudahan jadi lebih semangat ya. Saya yakin banyak diantara teman-teman yang sudah mendokumentasikan kegiatan dan karya-karya anak dari usia dini.

Bagaimana cara teman-teman melakukan evaluasi proses pembelajaran anak?

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Happiness Through Sharing And Caring . All rights reserved. BLOG DESIGN BY Labinastudio .