Jeshita's personal journal of motherhood, fun-learning with the kid, homeschooling, muslim personal development, recipes, and other things she loves.

Kamis, 31 Maret 2016

Baby-Led Weaning: Makan Sendiri Sejak Dini

pemberian-mpasi-tanpa-disuapi

Apa yang dimaksud dengan Baby-Led Weaning dan apa perbedaannya dengan pemberian MPASI cara biasa?


Semakin hari semakin banyak yang membicarakan dan menggunakan metode Baby-Led Weaning dalam pemberian makanan pendamping ASI (MPASI). Banyak orangtua yang masih menggunakan cara biasa dengan menyediakan MPASI dalam bentuk puree (bubur). Namun, adapula yang memilih untuk memberikan langsung makanan padat dalam bentuk sewajarnya dengan tekstur lembut tanpa harus dibuat menjadi bubur. 

Beberapa bulan belakangan, saya sering menerima pertanyaan-pertanyaan seputar pengalaman Baby-Led Weaning Si Teteh. Melalui tulisan ini saya ingin menjelaskan tentang metode yang kami gunakan dan perbandingannya dengan pemberian MPASI berbentuk puree. Ingin tahu lebih lanjut? Yuk, disimak.

Saya ingin menekankan, bahwa perbandingan yang saya utarakan dalam tulisan ini bukan untuk menyatakan metode mana yang lebih baik. Menurut saya, antara Baby-Led Weaning dan memberi MPASI dalam bentuk puree sama baiknya.

Seperti halnya dengan cara mendidik dan membesarkan anak, setiap keluarga memiliki pilihan dan tujuannya tersendiri. Begitu pula dengan kedua cara pemberian MPASI ini, yang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Posting blog kali ini saya tulis berdasarkan pengalaman keluarga kami, yang bertujuan membantu teman-teman yang ingin tahu lebih lanjut mengenai metode Baby-Led Weaning.

Pengertian Baby-Led Weaning


Baby-Led Weaning merupakan metode pemberian makanan pendamping ASI (MPASI), yang membiarkan anak makan dan memilih makanannya sendiri dari usia dini. Setidaknya anak harus berusia 6 bulan jika ingin memperkenalkan makanan padat dengan cara ini. Orangtua pun perlu memastikan kesiapan anak.

Beberapa tanda kesiapan anak dalam menerima MPASI[1]:
  • Anak dapat duduk dengan baik tanpa perlu bantuan.
  • Anak dapat meraih benda/makanan yang sedang dipegang oleh orangtua.
  • Anak tidak lagi memiliki reflex primitif (tongue thrust reflex), yaitu saat bibir bayi disentuh lidahnya akan bergerak ke arah mulut.
  • Anak telah siap dan mau untuk mengunyah makanan, dapat ditunjukkan dengan perilaku anak memasukkan benda-benda yang dipegang ke mulutnya.
  • Anak telah memiliki kemampuan untuk meraih benda-benda dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk (pincer grasp).
  • Anak terlihat bersemangat saat memasuki waktu makan dan terlihat mencoba meraih makanan dan memasukkannya ke dalam mulut.

Dalam Baby-Led Weaning makanan yang diberikan tidak haluskan menjadi bubur. Makanan yang ditawarkan kepada anak harus disesuaikan dengan usia/kemampuan anak. Teksturnya pun harus lembut dan disajikan dalam potongan yang mudah dikelola oleh anak. Tentu saja dalam ukuran yang tidak terlalu kecil dan bentuk yang tidak runcing agar anak tidak tersedak.

Sayuran dapat dikukus terlebih dahulu (lebih sehat daripada direbus). Sedangkan buah-buahan dapat diberikan dalam potongan yang mudah untuk digenggam oleh anak. Untuk tahap awal, Buah-buahan yang agak keras (seperti apel dan pir) sebaiknya dikukus juga.

Walaupun anak yang memegang kontrol dalam proses memasukkan makanan ke dalam mulut, orangtua tetap harus menemani selama proses berlangsung. Hal ini dikarenakan anak masih perlu arahan dari orangtua. Orangtua perlu memberikan instruksi tentang cara memasukkan makanan ke dalam mulut, tanpa menyuapi anak.

Dalam prakteknya anak akan bereksperimen dengan makanan (baca: main), dan orangtua perlu membiarkannya. Biarkan anak yang menentukan seberapa banyak makanan yang ia makan. Mayoritas bayi yang sehat mengetahui seberapa banyak makanan yang mereka perlukan. Orangtua juga tidak perlu khawatir karena anak masih mendapatkan nutrisi utamanya dari ASI (atau susu formula).

Dengan cara ini anak diharapkan lebih bersemangat dalam kegiatan makan. Dengan tidak ada unsur paksaan, aktivitas makan menjadi lebih menyenangkan. Hal ini yang kami rasakan dalam pengalaman Baby-Led Weaning Si Teteh. 

Awalnya ia tidak terlalu memahami konsep makan, ia hanya memainkan makanan dan memasukkannya ke dalam mulut. Jika ia menyukai makanannya, ia memakannya sampai habis. Jika tidak, Si Teteh menolaknya dan kami coba lain waktu.

Kunci dari kelancaran proses Baby-Led Weaning keluarga kami adalah take it easy. ;)

pemberian-mpasi-tanpa-disuapi
Menu sarapan Si Teteh usia 9 bulan: roti tawar, kacang 
polong, dadar kuning telur, agar-agar buah naga (tanpa gula), 
dan plain rolled oats (dgn kaldu ayam).


Baby-Led Weaning VS Puree


Baby-Led Weaning menekankan pada kemampuan anak mengunyah makanan yang agak padat. Sedangkan Puree lebih menekankan pada kemampuan menelan terlebih dahulu. Mungkin ada yang khawatir, bagaimana jika anak tersedak? Nah, orangtua perlu mempelajari hal-hal dasar dalam pertolongan pertama saat anak tersedak. 

Menurut saya, kemungkinan tersedak selalu ada, baik dengan cara Baby-Led Weaning ataupun Puree. Anak dengan MPASI Puree pun ada masanya akan mencoba makanan yang lebih padat. Sehingga orangtua memang harus waspada tentang hal ini. Bedanya, dalam Baby-Led Weaning anak sudah terlatih lebih dahulu dibandingkan dengan yang makan dalam bentuk Puree.

Dengan Baby-Led Weaning, makan bersama keluarga dapat lebih terwujud dan terasa lebih menyenangkan. Orangtua bebas dari tugas menyuapi, sehingga dapat makan bersama anak sambil mengawasi. Anak dapat lebih bersemangat karena ikut serta dalam kegiatan makan bersama. Ia juga memiliki kesenangan tersendiri dalam mengambil dan memilih makanannya.

Dibalik kesenangan dalam Baby-Led Weaning, ada hal lain yang mungkin kurang disukai oleh orangtua (tepatnya: para ibu), yaitu faktor berantakan. Orangtua yang ingin menerapkan metode ini harus mempersiapkan diri, karena pada masa awal sudah pasti anak akan makan dengan berantakan. Tetapi apakah berantakan patut dijadikan penghalang dalam perkembangan anak? Untuk keluarga kami, kotor atau berantakan bukanlah sebuah masalah. Kita hanya perlu pintar-pintar mengakali dan merelakannya. ;)

Selain itu, ada dua faktor lain yang ingin saya bahas, yaitu waktu dan kesabaran. Ada beberapa teman yang pernah bertanya mengenai cara pemberian MPASI Si Teteh. Salah satu diantaranya menyatakan bahwa Baby-Led Weaning lebih memerlukan kesabaran. Adapula yang khawatir menggunakan metode yang kami gunakan karena keterbatasan waktu dalam pemberian makanan. 

Jika saya membandingkan pengalaman kami dengan keluarga lain yang memberi MPASI Puree, menurut saya kedua metode sama-sama memerlukan kesabaran dan waktu. Kemulusan dalam pemberian makan anak tergantung dengan mood anak dan orangtua, kebiasaan, serta kedisiplinan dalam prosesnya. Cara apa pun yang dipilih, orangtua memang sudah sewajarnya memiliki kesabaran dan menyediakan waktu untuk anak. Setuju?

Apakah Baby-Led Weaning Merupakan Metode yang Tepat?


Hanya teman-teman yang dapat menentukannya. Teman-teman perlu mengenali tujuan, kondisi, ataupun karakter keluarga untuk mengetahui hal tersebut. Diskusikanlah dengan dokter anak terlebih dahulu sebelum memilih Baby-Led Weaning.

Untuk keluarga kami, Baby-Led Weaning merupakan pilihan yang tepat dan menyenangkan. Metode ini juga menanamkan kemandirian pada Si Teteh sejak dini. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai pengalaman menyenangkan Baby-Led Weaning Si Teteh, tunggu tulisan saya minggu depan ya. ^_^

Metode apa yang teman-teman gunakan dalam pemberian MPASI? Tertarik untuk mencoba Baby-Led Weaning?

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.



Sumber:
[1]http://theurbanmama.com/articles/mpasi-dengan-metoda-baby-led-weaning.html


Related Post:


Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Happiness Through Sharing And Caring . All rights reserved. BLOG DESIGN BY Labinastudio .