Jeshita's personal journal of motherhood, fun-learning with the kid, homeschooling, muslim personal development, recipes, and other things she loves.

Selasa, 22 Desember 2015

Surat Untuk Mama Tersayang


Dahulu, hari ibu biasa berlalu begitu saja. Hanya sekadar ucapan selamat hari ibu yang saya utarakan untuk mama tersayang. Namun, hari ini terasa begitu berbeda karena dipenuhi rasa rindu yang sangat dalam.


Surat ini ditulis untuk mengenang mama tersayang yang telah pergi lebih dulu menemui Allah SWT bulan April lalu. Menjelang hari ibu, rasa kangen yang berlebihan merasuki hati ini. Hal tersebut memotivasi saya untuk berbagi melalui tulisan ini.

Sesungguhnya surat ini saya tujukan untuk teman-teman pembaca. Dengan harapan agar setelah membacanya teman-teman yang masih memiliki ibu terdorong untuk lebih sering mencurahkan kasih sayangnya. Juga mengungkapkan rasa terima kasih kepada ibunda tercinta. 

Sedangkan bagi mereka yang sudah ditinggalkan, saya ingin mengajak untuk lebih giat dalam mendoakan dan beramal ibadah. Agar ibu yang kita sayangi senantiasa diberikan kesejukan dan dilapangkan kuburnya oleh Allah. Aamiin. Yuk, dibaca selengkapnya surat ini.

Dear Mama sayang,

Masih teringat jelas dalam kenangan, hari Sabtu merupakan hari yang Cici tunggu-tunggu. Mama biasa sibuk dari Senin sampai Jumat, berangkat dari jam 9 pagi dan pulang pada jam 9 malam. Hari Sabtu merupakan hari mama santai di rumah, tetapi beda dengan hari Minggu yang merupakan hari keluarga. Hari Sabtu itu harinya Mama.

Biasanya menu makanan yang tersedia adalah masakan Sunda. Antara karedok leunca, sambal terasi, ikan asin, aneka lalaban, dll. Mama yang pertama kali menularkan kebiasaan makan dedaunan mentah dengan sambal, mama pula yang mengajarkan bahwa sayuran itu lezat. Cici yakin dari situlah kesukaan Cici terhadap sayuran terbentuk.

Masih teringat jelas dalam kenangan, saat menunggu mama berdandan setiap kita akan pergi. Walaupun mama perlu waktu yang lama, tetapi mama masih bersedia meluangkan waktu mengeringkan rambut Cici terlebih dahulu sebelum mama berdandan. Momen mengeringkan rambut yang kita lalui bersama selama beberapa tahun itu merupakan masa-masa paling indah.

Dengan senang hati mama mendengarkan curhatan Cici mengenai hal-hal yang dihadapi di sekolah. Dari urusan pertemanan, nilai, sampai guru yang suka memaksa Cici ikut dalam kegiatan yang tidak diinginkan. Mama selalu dengan sabar memberikan nasehat-nasehat yang sampai saat ini masih Cici pakai dalam kehidupan sehari-hari.

Masih teringat jelas dalam kenangan, saat keluarga kita menghadapi salah satu ujian terbesar. Kita pun terus berjalan menghadapi rintangan dan cobaan yang diberikan oleh Allah dengan cara masing-masing. Ternyata hal tersebut sedikit demi sedikit menjauhkan kita. Mama sibuk dengan perasaan bersalah mama, dan Cici sibuk dengan emosi yang tak kunjung padam.

Sampailah kita di suatu titik di mana kita tidak tahu lagi cara untuk berdekatan, membelai, dan memeluk satu sama lain. Secara fisik kita dekat, tetapi kita sadar bahwa kita jauh. Jarak antara kita pun terus bertambah. Hati ini perih, tetapi emosi dan ego menutupi kerinduan Cici.

Masih teringat jelas dalam kenangan, hari pertama Cici menginjakkan kaki di negeri Belanda untuk melanjutkan sekolah. Dalam perjalanan dari bandara menuju asrama, Cici membuka surat yang mama berikan sebelum keberangkatan dari Jakarta. Air mata pun tak dapat Cici bendung membaca tulisan mama mengenai masa kecil, dari yang tidak dapat Cici ingat sampai yang masih lekat dalam hati.

Cici yang punya masalah dengan pencernaan, ternyata sudah merepotkan mama dari bayi. Mama dengan tekun, sabar, dan pantang menyerah merawat Cici yang terus menerus buang air setiap harinya saat Cici baru lahir. Hal itu pun masih sering mama lakukan sampai sebelum Cici menikah. Karena perut ini memang sudah banyak sekali masalahnya. Namun, mama selalu memperlihatkan bahwa hal itu bukanlah hal yang merepotkan, melainkan rasa sayang dan kegigihan seorang ibu.

Masih teringat jelas dalam kenangan, hari Cici melahirkan Si Teteh. Setelah mendengar tangisannya sesaat setelah digunting tali pusatnya, Cici menangis karena teringat banyaknya dosa yang Cici perbuat terhadap mama. Sedangkan mama telah berjuang dalam mengandung, melahirkan, merawat, membesarkan, dan menafkahi Cici.

Saat itu seraya segenap hati ini ingin bertaubat dan meminta ampun. Hadirlah tekad untuk menjadi anak yang lebih baik bagi mama. Cici ingin lebih berbakti kepada mama, dan ingin lebih mendekatkan diri lagi. Walaupun hubungan kita sudah lebih membaik sejak Cici pulang dari Belanda, tetapi masih banyak yang perlu Cici perbaiki demi mama.

Masih teringat jelas dalam kenangan, beberapa bulan awal tahun 2015 saat mama mulai jatuh sakit. Mama pun berulang kali keluar masuk rumah sakit. Perih rasanya hati ini tidak selalu dapat mendampingi mama. Mama pun masih terus memberikan pengertian yang tulus. Si Teteh yang masih bayi saat itu tidak dapat Cici tinggalkan sepenuhnya.

Setelah beberapa bulan berjuang, akhirnya mama pun meninggalkan Cici. Saat itu semua kenangan indah bersama mama yang sudah lama terkubur hadir tanpa henti dalam benak. Cici tersadar bahwa salah satu orang paling penting di dunia Cici sudah pergi, dan Cici tidak dapat mengembalikan waktu yang sudah lalu.

Terima kasih untuk mama yang sudah mengajarkan berbagai macam ilmu. Terima kasih untuk mama yang sudah menjadi contoh sebagai orang tersabar dan terkuat dalam hidup Cici. Terima kasih untuk mama yang sudah mengajarkan Cici tentang makna keihklasan.

Terima kasih untuk mama yang beberapa tahun sebelum kepergiannya telah menjadi teladan sebagai muslimah yang baik. Terima kasih untuk mama yang dengan kepergiannya sudah menyadarkan Cici untuk menutup aurat sesuai syariat Islam. Terima kasih untuk mama yang telah melahirkan Cici dalam keadaan tetap Islam.

Inshaa Allah mama akan terus hidup dalam hati dan kenangan indah Cici. Inshaa Allah mama akan terus hidup dalam ilmu yang telah mama turunkan kepada Cici. Inshaa Allah mama akan terus hidup dalam cerita tentang Ninin-nya Si Teteh, dan kelak adik-adiknya.

Inshaa Allah mama akan terus hidup dalam doa yang Cici panjatkan. Semoga mama memaafkan segala kesalahan dan kekhilafan Cici. Semoga Allah meringankan segala dosa mama, melapangkan kubur mama, dan menyejukkan mama di alam penantian. Semoga kita akan dipertemukan kembali sebagai satu keluarga yang diridhoi oleh Allah SWT untuk memasuki pintu surga-Nya. اَمِين يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن

Sayang selalu,
Cici

Selamat hari ibu. Sudahkah teman-teman mengungkapkan rasa sayang kepada ibunda tercinta, atau mendoakan beliau?

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Happiness Through Sharing And Caring . All rights reserved. BLOG DESIGN BY Labinastudio .