Jeshita's personal journal of motherhood, fun-learning with the kid, homeschooling, muslim personal development, recipes, and other things she loves.

Kamis, 17 Desember 2015

Sleep Training Menyelamatkan Kami


Bagi kami, sleep training bukanlah melatih anak untuk tidur sendiri. Namun, merupakan pendisiplinan diri sebagai orangtua dalam menerapkan pola tidur yang sehat untuk anak dan secara konsisten menghadirkan rutinitas yang mendukungnya.


Mungkin ada diantara teman-teman yang berpikiran bahwa sleep training itu menyiksa. Ataupun ada yang merasa hal ini bertentangan dengan attachment parenting, yang menjunjung co-sleeping (tidur dekat bayi). Prinsip tersebut sangat anti pula terhadap training (pelatihan) bayi berdasarkan jadwal ataupun cara menidurkan bayi dengan metode cry-it-out.

Cry-it-out (membiarkan anak menangis sampai tertidur) hanya salah satu dari sekian banyak cara. Masih ada metode-metode lain yang jauh lebih halus. Keluarga kami pun tidak menggunakan cara tersebut. Kami mencoba beberapa cara di awal pelaksanaan sleep training. Kemudian memilih dan mengembangkan metode yang paling sesuai seiring berjalannya waktu.

Menurut kami tidak ada yang salah atau benar dalam memilih cara menidurkan bayi/anak. Hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kita sebagai orangtua menciptakan pola tidur yang baik. Sehingga anak bertumbuh kembang dengan sehat dan memiliki perilaku yang baik. Silakan dibaca selengkapnya bagaimana sleep training telah menyelamatkan kehidupan awal kami sebagai orangtua.


Alasan kami memilih untuk mencoba


Saat masih menjadi newborn, Si Teteh tidur bersama kami di atas satu kasur. Selama beberapa bulan pertama setelah melahirkan, sangat sulit untuk saya tidur dengan nyenyak karena saya takut Si Teteh tertimpa oleh saya maupun Bob (baca: suami saya). Selain itu, saya termasuk orang yang tidurnya mudah terganggu. Jika ada suara atau gerakan sedikit saja, saya pasti terbangun dan susah untuk langsung tidur kembali.

Kekurangan tidur membuat saya hidup seperti zombie. Muka kusut, kepala pusing, bawaannya kesal terus, dan selalu melakukan berbagai kecerobohan. Oleh karena itu, kami menentukan agar Si Teteh yang berusia 3 bulan saat itu mulai tidur di dalam crib. Crib-nya bersebelahan dengan tempat tidur kami.

Kondisi tidur saya pun membaik, walaupun masih sering terbangun kalau mendengar Si Teteh bersuara kecil dalam tidurnya. Namun, di usia 4 bulan pola tidur Si Teteh berubah drastis. Ia menolak untuk napping dan susah sekali menidurkannya pada malam hari. Dari sikapnya yang anteng, ia berubah menjadi sangat rewel.

Setelah melakukan online research, ternyata Si Teteh mengalami sleep regression. Sebelum usia 4 bulan, bayi biasanya tidur dengan sangat mudah bahkan dapat tidur di mana saja dalam berbagai macam kondisi. Memasuki atau setelah usia 4 bulan, terjadi perubahan permanen pada pola tidur yang ditandai dengan sleep regression

Hal ini terjadi beberapa saat saja, seperti kurang lebih satu minggu (tapi terasa sangat panjang...huhu), dan kemudian pola tidur akan kembali tenang. Normalnya diikuti dengan perubahan-perubahan kecil, seperti lama waktu tidur ataupun lamanya terjaga antara tidur.

Berawal dari research ini saya menemukan tentang sleep training. Setelah membaca pro dan kontranya, saya merasa bahwa ini sebuah cara untuk menghadirkan pola tidur yang baik untuk Si Teteh. Setelah berdiskusi dengan Bob, kami pun mulai mencobanya.

Sleep training keluarga kami


Sebelum membahas lebih jauh, perlu saya tekankan bahwa saya bukanlah ahli dalam sleep training. Saya hanya seorang ibu yang berusaha mencari jalan keluar terbaik bagi keluarga. Dalam tulisan ini saya hanya bermaksud berbagi pengalaman. 

Sleep training merupakan sebuah pilihan sama seperti halnya pilihan dalam pola asuh anak. Setiap keluarga itu unik. Keluarga yang menerapkannya tidak lebih baik dari keluarga yang tidak melakukannya. Begitu pun sebaliknya.

Kami mengawali pelatihan ini dengan menghadirkan rutinitas yang konsisten berhubungan dengan pola makan, main, dan tidur. Saya membuat jadwal kasar yang ditentukan sesuai dengan perkembangan usia Si Teteh. Secara rutin saya masih terus memperbarui jadwalnya sampai sekarang. Seiring bertambahnya usia, pola tidur anak selalu mengalami perubahan.

Inilah salah satu kelebihannya menerapkan sleep training, saya menjadi terbiasa menganalisa pola tidurnya. Sehingga lebih mudah untuk menggeser jadwal atau rutinitas ketika terjadi perubahan yang signifikan. Seperti perubahan jumlah nap dalam sehari karena bertambahnya usia, ataupun pola tidur yang berubah karena sedang sakit/tumbuh gigi.


Begitu pula untuk Si Teteh, ia pun terbiasa dengan rutinitas yang dihadirkan. Sehingga dengan mudah ia mengetahui waktu makan, main, dan tidurnya. Perlu diketahui kondisi ideal seperti ini hadir setelah perjuangan yang dimulai sejak Si Teteh berusia 4 bulan (usia minimum sleep training). Proses latihan ini bukanlah hal yang instan. Keyakinan, keteguhan, dan kesabaran adalah kuncinya.

Awalnya kami menggunakan cara menggendong sampai Si Teteh tertidur. Ternyata metode ini kurang baik karena anak akan terbiasa untuk digendong sampai tertidur. Saya pun tidak sanggup kalau harus terus-menerus menggendongnya dengan keadaan yang sudah sangat lelah beraktivitas seharian.

Kemudian, kami menentukan untuk menggunakan the fading sleep training method. Cara ini merupakan salah satu pilihan paling halus. Kami menggendong Si Teteh sampai ia cukup mengantuk. Lalu meletakkannya ke dalam crib dan menunggunya sampai terlelap.

Secara bertahap kami mengurangi waktu menggendong setiap harinya. Sampai akhirnya ia tidak perlu digendong lagi. Hanya perlu diletakkan di dalam crib dan ditemani setelah seluruh kegiatan bedtime routines selesai.

Perjalanan awal kami tidak selalu mulus. Ada yang sangat sulit dilakukan karena kondisi Si Teteh yang sangat kelelahan. Adapula keadaan yang intens dikarenakan saya kehilangan kesabaran akibat kehabisan tenaga.

Manfaat yang kami rasakan


Memasuki usia 6 bulan, perjuangan kami yang naik turun bagaikan roller coaster, semakin terlihat manfaatnya. Si Teteh terbiasa tidur malam mulai sekitar pukul 19.00/19.30, kemudian terbangun untuk menyusui sekitar pukul 22.00. Lalu ia melanjutkan tidur dengan mudah sampai pagi hari kurang lebih pukul 05.30/06.00.

Di usia 10 bulan, kami menentukan agar Si Teteh bersama crib-nya dipindahkan dari kamar kami ke dalam kamarnya sendiri. Mulai saat itu ia pun tidur sendiri. Kamarnya dilengkapi dengan baby monitor, agar kami dapat mengetahui apabila ia terbangun.

Mulai saat itu, ia pun berhenti menyusui di malam hari. Ia tertidur pulas dari malam sampai pagi hari. Alhamdulillah, Si Teteh yang semakin besar dan pengertian mulai dapat tidur sendiri tanpa harus ditemani lagi setelah disusui. Hal ini mulai terjadi saat ia memasuki usia 1 tahun.

Menurut saya, kondisi Si Teteh yang dapat tidur sampai pagi tanpa terbangun (sleep through the night) terjadi karena kematangan dalam pola tidurnya. Namun, saya pun meyakini bahwa hal ini juga dipengaruhi oleh rutinitas yang kami lakukan.

Sedangkan untuk hal tidur sendiri tanpa ditemani, ini merupakan bonus dari usaha kami dan juga faktor dari karakter Si Teteh. Ia akan lebih tenang jika ditinggal untuk tidur. Jika terus ditemani, ia merasa diajak bermain/berkomunikasi.

Dari pengalaman kami ini, kami yakin bahwa sleep training banyak membawa dampak yang positif untuk kami sekeluarga. Akan tetapi, kami menyadari bahwa ini merupakan proses yang panjang.

Prosesnya pun tidak selalu mudah seiring bertambahnya waktu. Karena pola tidur anak pasti akan mengalami perubahan, baik karena pertumbuhan ataupun karena kondisi tertentu. Seperti pindah rumah, mengungsi karena banjir, liburan, sakit, dll.

Metode yang dipilih untuk satu anak belum tentu berhasil diterapkan kepada anak yang lain. Karena setiap anak memiliki keunikannya masing-masing. Peran kita sebagai orangtua sangat penting dalam menerapkan/mengadaptasikan pola tidur dan rutinitas keseharian yang sehat untuk masing-masing anak. Disesuaikan dengan kebutuhan dan usianya.

Apakah ada diantara teman-teman yang juga menerapkan sleep training untuk anak? Atau tertarik untuk memulainya?

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Happiness Through Sharing And Caring . All rights reserved. BLOG DESIGN BY Labinastudio .