Jeshita's personal journal of motherhood, fun-learning with the kid, homeschooling, muslim personal development, recipes, and other things she loves.

Kamis, 16 Juni 2016

Genap Dua Tahun Menjadi Ibu: Nikmat Terindah dan Ujian Terberat

nikmat terindah dan ujian terberat

Apa yang saya pelajari, pahami, amalkan dan relakan selama dua tahun menjadi ibu?


Luar biasa banyaknya, dari yang termudah sampai yang tersulit. Dari yang dilalui begitu saja sampai yang masih selalu terbayang dalam benak ini setiap harinya. Terkadang merasa puas dan melambung tinggi dengan pencapaian kecil dari keseharian yang saya lalui bersama Si Teteh. Namun, sering juga menyusruk terpuruk karena kesalahan/kekhilafan yang terus terulang.

Ada yang mengatakan bahwa anugerah terindah bagi wanita adalah dengan menjadi seorang ibu. Adapula yang mengatakan salah satu cobaan terbesar dalam hidup seorang wanita juga dengan menjadi ibu. Saya setuju dengan kedua hal tersebut, karena bagi saya menjalani hari-hari sebagai ibu merupakan salah satu karunia terindah dari Allah, juga perjuangan terberat. Ingin tahu lebih lanjut mengenai renungan saya di genap dua tahun usianya Si Teteh? Silakan dibaca.

Tepat di tengah bulan Juni dua tahun yang lalu, atas izin Allah, saya melahirkan Si Teteh dengan berat 3,28 kg dan tinggi 48 cm secara normal. Salah satu momen dalam hidup yang tak dapat saya gambarkan dengan kata-kata. 

Seluruh perasaan bercampur aduk setelah satu setengah jam berada di atas meja persalinan. Berjuang mengejar kontraksi yang tergolong terlalu pendek intervalnya. Sehingga saya selalu kehabisan nafas dan energi ketika mengejan.

Tangis pun tak kuasa ketika akhirnya buah hati yang ditunggu-tunggu berhasil keluar dengan selamat dari rahim ini. Segala rasa sakit dan lelah pun hilang seketika. Namun, rasa berdosa terhadap almarhumah mama tersayang langsung hadir di dalam hati. 

Baru tersadar betapa beratnya perjuangan almarhumah mama melahirkan diri ini. Membuat saya semakin terbawa dalam suasana haru. Alhamdulillah, saat itu almarhumah mama masih ada sehingga saya masih berkesempatan untuk mengungkapkan permintaan maaf dan rasa syukur.

Satu hal penting yang pertama saya pelajari setelah menjalani hari-hari sebagai ibu, ditemani dengan kehadiran suami yang pengertian dan sangat membantu, yaitu pengorbanan kedua orangtua baru benar-benar saya rasakan ketika sudah memiliki anak.

nikmat terindah dan ujian terberat

Seiring berjalannya waktu, saya pun belajar mengenai keihklasan. Keihklasan terhadap titipan Allah, yang harus saya jaga fitrahnya. Terus menerus melimpahinya dengan kasih sayang, dan tak henti menanamkan nilai-nilai yang akan menjadi modal dunia dan akhiratnya.

Terdengar mudah? Kenyataannya sampai hari ini pun saya masih terus belajar dan berlatih untuk ikhlas terhadap segala kendala dan rintangan yang saya hadapi dalam membesarkan Si Teteh. 

Salah satu hal yang membuat saya dapat bertahan dalam menjalani hari-hari saya adalah dengan niat untuk mendapat ridha dari Allah. Setiap kali terbersit hal ini dalam pikiran, hati pun jadi lebih ringan. 

Saya juga sering diliputi dengan rasa bersalah, ketika melakukan kekhilafan terhadap Si Teteh. Sedangkan kalau dipikir-pikir lagi setelah momen penuh emosi lewat, sebenarnya saya hanya perlu lebih sabar. Terdengar mudah lagi? Haha.

Berlatih sabar itu ternyata salah satu hal tersulit berikutnya selain belajar untuk ikhlas. Sampai detik ini pun terkadang mempertanyakan ke diri sendiri, "dimana sabarmu, Ibu?". Hampir terulang setiap harinya. Alhamdulillah, sudah jauh lebih sabar dibandingkan masa awal menjadi ibu. Walaupun masih jauh sekali dari harapan.

Selain mengasah kesabaran, saya juga dengan segenap hati dan semangat berusaha untuk melatih diri ini menjadi lebih lemah lembut. Baik dalam tutur kata maupun perilaku. Saya sering diingatkan oleh Allah dalam berbagai macam cara, bahwa lemah lembut dan menghindari amarah merupakan hal yang sungguh baik dan manis buahnya.

Hanya sering saja, saya mengingat akan hal tersebut ketika sudah tidak bersikap lemah lembut atau sudah terlepas marah. Maklum yah, manusia biasa. Tetapi Inshaa Allah selalu berniat dan berusaha menjadi yang lebih baik setiap harinya. 

Rasa bersalah juga sering timbul ketika saya mulai melirik keberhasilan ibu-ibu lain. Mungkin diantaranya ada yang bekerja dan tetap semangat dalam mengasuh anak, adapula yang menjadi ibu rumah tangga sambil menjalankan bisnis, dan paling seringnya melihat para ibu yang hebat dalam memfasilitasi kegiatan-kegiatan anak yang penuh manfaat.

Biasanya setelah lirik-lirik rumput tetangga, rasa bersalah bercampur aduk dengan rasa terintimidasi. Terkadang saya termotivasi, tetapi banyak juga hari-hari dimana saya malah terintimidasi dan menjadi pusing sendiri.
kurikulum pendidikan anak usia dini

Alhamdulillah, saat ini saya sudah menemukan jurus agar saya dapat berusaha lebih positif saat intimidasi menghampiri. Salah satunya dengan melihat pencapaian yang telah saya raih bersama Si Teteh. Berusaha lebih menghargai proses dibandingkan hasilnya. Juga berusaha lebih menghargai kebutuhan Si Teteh daripada ekspektasi/harapan saya sebagai seorang ibu.

Saya juga selalu berusaha meyakini diri ini bahwa saya mengetahui yang terbaik untuk Si Teteh. Jadi tidak perlu berkecil hati dengan rumput tetangga yang lebih hijau. Hijaunya belum tentu cocok dengan halaman kami. :)

Selain itu, saya juga telah melakukan berbagai macam research mengenai kurikulum pendidikan atau pedoman pembelajaran anak usia dini. Saya ambil dan berusaha terapkan untuk yang cocok, dan tinggalkan bagi yang saya rasa kurang selaras dengan visi dan misi pendidikan Si Teteh yang telah kami rancang.

Salah satu panduan yang sesuai dan saya rasa bagus sekali untuk dipelajari dan diterapkan adalah kurikulum pendidikan anak usia 1-7 tahunnya Ummu Aisha dari www.ourlittlenotes.wordpress.com. Beberapa poin dalam ilustrasi di atas merupakan hal-hal yang selalu saya jadikan titik acuan.

Saat saya mulai kehilangan arah atau galau dalam pengasuhan anak usia dini, saya resapi kembali poin-poin tersebut. Apabila saya merasa sudah memenuhi (hampir) semua checklist tersebut, saya sudah berada di arah yang sesuai.

Kembali membaca rancangan visi dan misi pendidikan yang telah saya dan suami diskusikan, juga merupakan cara agar saya tak kehilangan arah. Saya pun selalu mengingatkan diri bahwa pendidikan anak usia dini banyak dilalui melalui pembelajaran melalui keseharian.

Penting sekali bagi saya untuk selalu mengingatkan diri ini dalam rangka bersyukur. Bersyukur kepada Allah yang telah mengizinkan saya berdampingan dengan suami tersayang. Suami yang selalu menyemangati, membantu, berusaha mengerti, mengingatkan serta mengoreksi jika saya khilaf.

Juga bersyukur atas dititipkan oleh-Nya buah hati tersayang, yang selalu mendampingi saya dari hari pertama lahirnya. Saya harus lebih menghargai dan melihat nikmat-nikmat yang dituangkan Allah dalam keseharian kami. Alhamdulillah, di usia dua tahun ini Si Teteh telah menjadi anak yang sangat pengertian dan penuh kasih sayang terhadap ibunya yang penuh dengan kekurangan ini.

Alhamdulillah juga, saya masih dibantu oleh adik saya dalam mengurus rumah tangga. Sejak pertengahan tahun 2015 kami tidak dibantu oleh asisten rumah tangga. Sejak saat itu pula saya, suami dan adik berusaha bekerja sama menyelesaikan pekerjaan rumah sendiri.

nikmat terindah dan ujian terberat

Kepada teman-teman yang sedang berjuang, terutama untuk ibu-ibu baru seperti saya ini, semangat terus ya. Yakini diri bahwa kita adalah yang terbaik untuk keluarga kita. Jangan terlena atau terintimidasi dengan hijaunya rumput tetangga.

Mari bersama-sama bersemangat untuk membesarkan generasi gemilang. Dengan niat untuk selalu memperbaiki diri, ikhtiar yang sungguh-sungguh, dan pasrah kepada Allah, Inshaa Allah langkah kita dimudahkan oleh Allah.

Semoga anak-anak kita kelak dapat membawa kita menuju surga-Nya. Semoga Allah ridha kepada kita untuk menjadi ibu yang membesarkan pribadi-pribadi yang berakhlak mulia, bermanfaat bagi diri, lingkungan, dan agama.

Mari sama-sama berjuang mengejar ridha Allah menuju Jannah-Nya. Bismillah.


Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

2 komentar :

  1. Le... gw meleleh baca ini.. bljr untuk lbh bnyk ikhlas Dan sabar itu Susah bgt le. Srgkali emosi yg menguasai.. keep sharing ya le. Bismillah , mdh2an Allah mudahkan langkah kita..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama berjuang ya, Nel. Seringkali kita sebagai ibu sudah kelelahan karena berbagai macam hal, jadinya tali kesabarannya menjadi pendek. Inshaa Allah dengan niat dan usaha, Allah mempermudah kita untuk menjadi ibu yang lebih baik dari kemarin.

      Terima kasih ya sudah baca :)

      Hapus

Happiness Through Sharing And Caring . All rights reserved. BLOG DESIGN BY Labinastudio .