Jeshita's personal journal of motherhood, fun-learning with the kid, homeschooling, muslim personal development, recipes, and other things she loves.

Kamis, 22 Oktober 2015

Keutamaan Homeschooling: Memaknai Kehidupan Keseharian

Waktu santai bersama Garong -
Mohon abaikan outfit makan Si Teteh yang sudah kekecilan ^_^

Alhamdulillah, minggu ini saya dapat memenuhi dua deadline pribadi untuk sharing pengalaman Webinar Rumah Inspirasi. Refleksi pengalaman dari sesi kelima, yang mengulas tentang pembelajar mandiri sebagai inti proses dan hasil akhir homeschooling, telah saya share hari Minggu kemarin. Sedangkan tulisan hari ini didedikasikan untuk sesi keenam (15 Oktober 2015), yang membahas salah satu topik homeschooling favorit saya, memanfaatkan dan memaknai kehidupan keseharian.

Pada umumnya, banyak orang (baca: termasuk saya sebelumnya) menganggap belajar itu merupakan proses belajar mengajar seperti di sekolah. Prosedurnya melibatkan pengajar (guru) dan siswa yang dibatasi oleh beberapa unsur diantaranya kegiatan di dalam bangunan sekolah, dalam jangka waktu tertentu setiap harinya, serta menitikberatkan pada penggunaan buku dan proses mengajar (guru menjelaskan dan siswa mendengarkan).

Hal tersebut sering menimbulkan keraguan, kebingungan, bahkan kepanikan dalam proses awal homeschooling. Namun, sebenarnya sebagian besar proses belajar dalam homeschooling terletak pada pemanfaatan dan pemaknaan kehidupan sehari-hari. Kehidupan merupakan kurikulum alami yang dimiliki setiap orang, dan dunia ini merupakan ruang kelasnya. Dari pengalaman hidup kita inilah, kita mendapatkan keterampilan yang paling berharga dan paling dibutuhkan.

Orangtua tidak perlu khawatir tentang apa yang perlu diajarkan kepada anak, bagaimana cara mengajarnya, ataupun merasa kurang percaya diri karena keterbatasannya. Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana memfasilitasi anak secara maksimal dalam belajar melalui kehidupan. Penasaran dengan cara belajar melalui keseharian? Silahkan disimak.

"The most instructive experiences are those of everyday life." — Friedrich Nietzsche

Belajar dari keseharian bersumber dari rangkaian kegiatan yang mungkin terkesan sepele tetapi sebenarnya memiliki makna yang sangat berharga. Diantaranya adalah kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh anak, seperti rutinitas bangun pagi, ibadah, mandi, makan, dll.

Selain kegiatan anak, kegiatan yang dilakukan oleh orangtua/ keluarga juga kaya akan makna, contohnya memasak, membersihkan rumah, berinteraksi dengan tetangga, dll. Kemudian anak dapat belajar di dalam ruang yang tersedia di dalam rumah atau lingkungan sekitar, seperti ruang keluarga, ruang tidur, halaman depan/belakang, masjid, taman komplek, dll.

Adapula sumber lain, yaitu kegiatan insidental seperti berbelanja ke pasar atau beribadah di masjid. Lalu yang terakhir adalah kegiatan terencana, yang konteksnya masih berhubungan dengan keseharian tetapi dipikirkan secara khusus. Contohnya, mengenalkan anak pada beragam bumbu dapur atau memperhatikan pekerjaan perbaikan jalan di dekat rumah.

Peluang dan tantangan belajar

Setelah memahami tentang keseharian, ada beberapa peluang dan tantangan dalam belajar yang penting untuk diperhatikan. Saya mengambil contoh dari kegiatan favorit kami - bermain dengan kucing yang singgah. Dari kegiatan ini Si Teteh dapat berinteraksi langsung, bukan belajar dari gambar atau cerita di dalam buku. Si Teteh pun terpapar dengan beragam aspek pembelajaran, seperti seberapa jauh bisa mendekati, mengenal karakter kucing, cara memberikan makan, hal-hal yang harus dihindari (contoh: menginjak/menarik buntut), dst. Kegiatan ini sangat disukai oleh Si Teteh, yang merupakan pengalaman berharga dan saya yakin akan sulit untuk dilupakan. Si Teteh pun semakin berani setiap harinya, walaupun sudah terhitung beberapa kali kena gigitan atau cakaran..tapi tetap kekeuh main. :P

Selain kelebihan dari kegiatan ini, adapula tantangannya. Terlalu banyak hal yang dipelajari dalam satu waktu, dapat membuat kewalahan. Untuk Si Teteh, kewalahan ini membuatnya overexcited, Si Teteh sering jadi terburu-buru hingga jatuh (baca: nyusruk), atau tidak sengaja menginjak buntut dan kena geraman kucing. Alhamdulillah, saya memang pecinta kucing jadi ikut senang dan mengerti batas-batas interaksinya. Namun, bagi orangtua yang tidak terlalu suka dengan kucing hal ini dapat menjadi hambatan. Kemudian saya pun harus berusaha memperkaya pengalaman dari kegiatan ini, agar Si Teteh tidak mudah bosan.

Apa yang dipelajari?

Banyak sekali, kegiatan apa pun yang dapat dimanfaatkan atau dimaknai. Hal ini benar-benar tergantung dari orangtua. Orangtua harus memiliki niat dan berusaha dengan giat dalam menjelaskan makna, tujuan, dan manfaat dari kegiatan yang melibatkan anak. Karena selalu ada pelajaran atau hikmah yang dapat diambil dari setiap kegiatan.

Dari keseharian, anak dapat memperoleh wawasan tentang kehidupan, nilai-nilai, dan lingkungan. Melalui percakapan sederhana, anak dapat mengetahui tujuan dan manfaat kerja bakti di lingkungan RT. Kemudian orangtua  juga dapat menjelaskan hubungannya dengan makna kebersihan adalah sebagian dari iman. Orangtua yang senantiasa menjawab pertanyaan juga merupakan sumber pengetahuan bagi anak. Seperti memahami asal usul manusia yang berawal dari pertanyaan "Ibu, darimana datangnya adik bayi?".

Bukan hanya wawasan dan pengetahuan, keterampilan juga dapat diterapkan sejak dini dengan rutin mengajak anak ikut berkontribusi dalam melakukan pekerjaan rumah tangga. Sebagai contoh, saya sering melibatkan Si Teteh ketika mengangkat jemuran dan merapihkan ruang keluarga. Selain itu, keseharian juga mengenalkan beragam rasa hati, seperti kesabaran, rasa syukur, rasa sayang, rasa terima kasih, kegigihan dsb.


- Membantu ibu merapihkan jepit jemuran dan menggelar karpet -

Modal belajar melalui kehidupan

Agar anak mendapatkan pengalaman secara maksimal, diperlukan kesediaan belajar dan berproses dari orangtua untuk memanfaatkan keseharian. Sebaiknya orangtua menyadari keterampilan alami anak seperti pertanyaan yang tak kunjung henti bersumber dari rasa ingin tahu yang besar. Kemudian orangtua perlu mengenali nilai-nilai esensial dalam keluarga dan menanamkannya kepada anak. Sebagai contoh, keluarga kami menjadikan tauhid dan akidah sebagai bekal dasar kehidupan, baik dunia maupun akhirat. Kami berusaha untuk memperluas makna tauhid dan akidah dengan menerapkannya dalam kegiatan yang dilakukan bersama Si Teteh.


(Gambar: Memperluas makna belajar menurut Rumah Inspirasi)

Selanjutnya, orangtua diharapkan dapat membuka diri terhadap sekitar. Peduli terhadap kegiatan-kegiatan kecil dan memberikan makna pada rutinitas dapat memperkaya pengalaman anak. Dari kegiatan makan bersama Si Teteh, banyak hikmah yang dapat diajarkan. Dimulai dari makna doa sebelum dan setelah makan yang tujuannya bersyukur atas rezeki yang diberikan oleh Allah, mengenalkan ragam makanan dengan berbagai bentuk, rasa, tekstur, dan warna, serta menanamkan adab makan sesuai dengan sunah Rasul.

Mempraktekkan dan menambah wawasan melalui kehidupan keseharian harus dilakukan secara kontinu, kapan pun, dimana pun. Orangtua dengan senang hati terus memberikan pengetahuan melalui obrolan biasa. Tidak bosan-bosannya saya menjelaskan kepada Si Teteh tentang pentingnya mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, apalagi setelah bermain dengan kucing. Lalu pengalaman yang didapat perlu direfleksikan agar kualitas proses belajar dapat terus ditingkatkan.

Aspek-aspek lain dari belajar melalui keseharian

Kunci dari proses belajar melalui keseharian terletak dalam memaknai setiap kegiatan. Proses belajar yang sebenarnya fokus kepada pengalaman anak yang didapat dari aktivitas yang dijalani, bukan dari usaha yang telah dikerahkan oleh orang tua. Kualitas belajar tidak dilihat dari jumlah buku yang sudah disediakan oleh orangtua, bukan pula dari seringnya mengunjungi perpustakaan. Namun, nilai belajar yang sesungguhnya terletak pada minat baca anak.

Hampir setiap hari Si Teteh meminta saya membacakan buku dengan menyodorkan buku yang diambilnya dari rak. Seringnya buku yang itu lagi, itu lagi. Kalau mau dilihat dari sisi saya, besar keinginan untuk menawarkan membacakan buku lain. Namun, saya sadar bahwa makna dari hal ini adalah Si Teteh sudah memiliki pilihan. Pilihan inilah yang perlu dihargai, yang merupakan pertanda baik berhubungan dengan minat bacanya.

(Gambar: Alat dan tips belajar melalui keseharian dari Rumah Inspirasi)

Kesadaran kita sebagai orangtua dalam melakukan kegiatan yang diulang-ulang setiap harinya harus selalu dipertahankan. Karena dengan kesadaran inilah setiap kegiatan tersebut dapat diberi makna, bukan berjalan secara otomatis. Pengalaman membaca hari ini berbeda dengan yang kemarin walaupun bahan bacaannya sama.

Pada intinya, kita sebagai orangtua harus selalu berusaha untuk mindful dalam menjalani setiap waktu bersama anak. Sehingga aktivitas-aktivitas yang terkandung di dalamnya memiliki makna yang berlimpah dan manfaat yang besar untuk anak. Karena pengalaman-pengalaman keseharian ini yang menjadi bekal kehidupan anak.

Bagaimana dengan pengalaman teman-teman dalam memaknai kegiatan keseharian bersama anak?

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Happiness Through Sharing And Caring . All rights reserved. BLOG DESIGN BY Labinastudio .