Jeshita's personal journal of motherhood, fun-learning with the kid, homeschooling, muslim personal development, recipes, and other things she loves.

Minggu, 18 Oktober 2015

Inti Proses dan Hasil Akhir Homeschooling: Anak Sebagai Pembelajar Mandiri

Gambar: Pola Pikir Pembelajar Mandiri.*
*) Pola pikir pada gambar di atas saya kembangkan dari dua sumber teori: UBC dan Prism Projects
Ilustrasi anak-anak - 'School Portraits' - merupakan karya dari: Erica Sirotich.

Sayang sekali saya tidak dapat mengikuti sesi kelima Webinar Rumah Inspirasi pada Kamis, 8 Oktober lalu. Alhamdulillah, setiap sesi selalu ada rekamannya. Sehingga saya masih dapat merefleksikan pengetahuan yang didapat dari sesi tersebut.

Langkah-langkah memulai homeschooling yang meliputi pemilihan metodenya, perancangan visi keluarga, dan penyusunan kurikulum/panduan pendidikan, telah saya ulas dalam beberapa tulisan sebelumnya. Selanjutnya, praktisi (atau calon praktisi) perlu mengetahui pentingnya mempersiapkan anak menjadi pembelajar mandiri. Mau tahu lebih dalam mengenai pembelajar mandiri? Dibaca terus ya.

Pertanyaan yang timbul dalam benak saya setelah mendengarkan rekamannya adalah "Apakah anak sebagai pembelajar mandiri adalah inti dari proses kegiatan homeschooling atau merupakan hasil akhir yang diinginkan?"Secara pribadi menurut saya kedua-duanya benar. Mempersiapkan anak menjadi pembelajar mandiri merupakan sebuah proses, dimana di dalamnya orangtua berusaha mengarahkan serta menanamkan budaya dan keterampilan belajar, yang tumbuh seiring berjalannya waktu.

Namun di sisi lain, cara dan usaha yang dijalankan oleh orangtua memiliki tujuan akhir, dimana anak diharapkan dapat menjadi pembelajar mandiri sepanjang hidupnya. Maaf jika hal ini membuat teman-teman menjadi bingung. Mari kita ambil hikmahnya, bahwa kemandirian dalam belajar merupakan hal yang sangat penting bagi setiap individu yang menjalani homeschooling.

"Learning can only happen when a child is interested. If he's not interested it's like throwing marshmallows at his head and calling it eating." — Unknown

Apakah yang dimaksud dengan pembelajar mandiri?

Yang dimaksud dengan pembelajar mandiri (self-directed learner) adalah individu yang dapat belajar sendiri, dimana ia tidak bergantung kepada guru/pengajar maupun institusi pendidikan. Ciri-ciri dari seorang pembelajar mandiri diantaranya memiliki motivasi atau dorongan internal terhadap subjek yang ingin dipelajari atau dikuasai, menyadari tujuan dari keinginannya, terampil mencari informasi yang dibutuhkan, dan mahir dalam mengelola diri (self-management). Untuk memahaminya dengan mudah, saya hadirkan gambaran tentang pola pikir di atas.

Tidak hanya anak-anak, orangtua pun dapat menjadi pembelajar yang mandiri. Untuk menanamkan budaya belajar mandiri, penting bagi orangtua untuk menjadi teladan bagi anak. Saya pun yakin banyak diantara teman-teman yang sudah menjadi pembelajar mandiri. 

Sebagai contoh, saya menciptakan blog ini dengan alasan ingin menemukan cara mengisi 'me time' (baca: kegiatan yang tidak berhubungan dengan memenuhi kebutuhan keluarga dan pekerjaan rumah) yang tujuannya untuk memaksa saya meluangkan waktu untuk diri sendiri demi menjaga identitas diri selain peran saya sebagai ibu rumah tangga...juga untuk refreshing...hehe. Selain itu, saya juga ingin blog ini menjadi kegemaran baru yang nantinya dapat saya tunjukkan ke Si Teteh (dan kelak adik-adiknya) "Ini lho hobi Ibu disamping ngurusin Bob, kalian, dan rumah." Yang terakhir, misi dari blog ini untuk sharing, yang semoga bermanfaat bagi para pembacanya.

Dengan motivasi tersebut, saya melakukan research tentang tips menulis blog, bagaimana para blogger (dengan tema yang mirip) membangun blognya, mencari dan membeli desain layout yang sesuai dengan selera. Saya pun merancang tema blog, memilih gaya bahasa, membuat daftar topik-topik yang akan ditulis, serta mencari cara untuk membagi waktu antara mengurus keluarga dengan menulis blog.

Kemudian mulailah saya menulis blog setiap minggu. Saya melihat ada kemajuan-kemajuan kecil dari setiap tulisan, dan saya terus berusaha meningkatkan kemampuan. Blog ini memang masih jauh dari harapan saya. Namun, proses pembuatan dan pembangunannya merupakan cara belajar mandiri yang dapat dicontoh oleh Si Teteh nantinya.

Mengapa kita perlu mempersiapkan anak menjadi pembelajar mandiri?

Dalam homeschooling anak tidak bisa sepenuhnya dan seterusnya bergantung kepada orangtua. Orangtua berperan sebagai fasilitator (bukan guru), dimana orangtua memiliki keterbatasan dalam memberikan pengetahuan yang dibutuhkan oleh anak. Oleh karena itu, orangtua berperan penting dalam menyediakan sarana belajar dan arahan agar anak dapat belajar sendiri. Kemandirian dalam proses belajar serta mempertahankan semangat belajar anak berpengaruh besar dalam kelancaran jalannya homeschooling.

Selain faktor internal, era informasi merupakan aspek eksternal yang menjadikan kemandirian sebagai kunci keberhasilan. Era informasi ini membawa perubahan secara kontinu terhadap konten pembelajaran, teknologi, bahkan pada jenis pekerjaan yang ada. Esensial bagi anak untuk selalu beradaptasi agar dapat bertahan dalam dunia modern ini.

Bagaimana cara menyiapkan pembelajar mandiri?

Pertama, orangtua perlu membangun budaya belajar, yaitu menanamkan nilai-nilai yang dijunjung keluarga dan kebiasaan yang dilakukan setiap hari. Budaya ini tidak bisa diterapkan dalam waktu yang singkat, melainkan melalui proses yang terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama. Orangtua pun harus menjadi teladan bagi anak. Kalau ingin menanamkan budaya membaca, orangtua harus gemar membaca. Orangtua dapat menyediakan berbagai macam buku di rumah, atau sering mengajak anak mengunjungi perpustakaan.

Langkah kedua adalah membangun keterampilan belajar. Anak perlu dilatih agar lebih percaya diri dalam bertanya, misalkan bertanya kepada tetangga, penjual sayur atau satpam komplek. Kemudian anak diajari untuk membaca beragam hal diantaranya membaca resep, petunjuk arah jalan, panduan bongkar pasang perabot rumah, infografis dalam artikel, dll. Keterampilan mencari informasi seperti menggunakan kata kunci dalam Googling juga baik untuk dikenalkan. Selanjutnya orangtua juga membiasakan anak untuk menggunakan alat belajar seperti komputer/laptop, kamus, ensiklopedia, atau alat-alat lain sesuai dengan kondisi keluarga. Keterampilan terakhir adalah menghasilkan output. Anak dituntun untuk terbiasa merefleksikan pengalaman belajarnya agar dapat diambil manfaatnya oleh orang lain, melalui cara yang dipilihnya seperti cerita, tulisan, gambar, dll.

Berikutnya adalah menyiapkan anak bertumbuh seiring dengan waktu. Proses persiapan anak menjadi pembelajar mandiri membutuhkan waktu yang sangat panjang. Hal ini juga dipengaruhi oleh tahap perkembangan anak. Sehingga orangtua diharapkan dapat mendokumentasikan kegiatan anak, yang dapat digunakan sebagai alat evaluasi perkembangan. Kemudian konsistensi dari kegiatan-kegiatan kecil (yang mungkin dianggap remeh) sangat penting untuk dijaga agar maknanya dapat dirasakan oleh anak. Selain itu, orangtua harus fokus pada kekuatan anak dan keluarga untuk menghindari perbandingan dengan keluarga lain.
- Tips dari Rumah Inspirasi dalam mempersiapkan anak menjadi pembelajar mandiri -

Perkembangan Si Teteh belakangan ini

Berhubungan dengan budaya belajar, keluarga kami sangat menjunjung tinggi nilai-nilai agama. Kami berharap Si Teteh akan menjalani kehidupannya penuh dengan keimanan dan ketaqwaan. Oleh karena itu, kami pun berusaha memberikan contoh dalam menjalani keseharian kami yang didasari oleh rukun iman dan rukun islam.

- Sekitar 2 bulan lalu, Si Teteh mulai menunjukkan minat mengikuti ibu pakai bergo -
Mohon abaikan perut bulatnya :p

Salah satu contohnya adalah budaya sholat lima waktu. Di rumah, saya usahakan melakukan kegiatan sholat ditemani oleh Si Teteh. Kalau masuk waktu sholat dan saya terlihat bersiap-siap dengan menggelar sajadah dan memakai mukena, Si Teteh langsung mendekat dan memindahkan area bermainnya di sekitar saya. Jika dalam perjalanan, kami melaksanakan sholat berjamaah di masjid terdekat. Si Teteh pun bebas bermain sambil menunggu kami selesai sholat berjamaah.

Tanpa disadari Si Teteh yang berusia 16 bulan diam-diam memperhatikan cara sholat. Kamis kemarin Si Teteh mempraktekkan beberapa gerakan sholat, dan sepertinya bermaksud mengucap Allahu Akbar...TERHARU.

Alhamdulillah, penanaman sholat sebagai tiang agama ada kemajuannya sedikit demi sedikit. Semoga Si Teteh terus tumbuh menjadi pembelajar mandiri yang didasari oleh nilai-nilai penting dalam keluarga kami. Aamiin.

- Si Teteh dan gerakan sholatnya saat mendengarkan streaming Al-Quran -

Bagaimana pengalaman teman-teman dalam mempersiapkan anak menjadi pembelajar mandiri?

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Happiness Through Sharing And Caring . All rights reserved. BLOG DESIGN BY Labinastudio .