Jeshita's personal journal of motherhood, fun-learning with the kid, homeschooling, muslim personal development, recipes, and other things she loves.

Minggu, 04 Oktober 2015

Hijrah Diary: Life Begins At 30


- Musim dingin usai dan bunga pun bersemi (Arnhem, 2010) -

Kutipan "Life begins at 30" sangat sesuai untuk menggambarkan kehidupan saya di tahun 2015. Yup, tahun ini saya berusia 30 tahun. Di tahun ini pula perubahan besar hadir dalam hidup saya. Tiga belas minggu yang lalu, pada pertengahan bulan Ramadhan, saya mengawali (baca: meresmikan) perjalanan hijrah dengan memakai jilbab. Alhamdulillah, saya tidak menyangka bahwa hari tersebut akan datang dengan proses yang terbilang mudah dan cepat.

Menoleh kebelakang, saya menyadari bahwa petunjuk-petunjuk akan hidayah itu sebenarnya ada di depan pelupuk mata. Namun, hati yang belum terketuk dan tenggelamnya diri ini dalam sisi duniawi kehidupan membuat saya - ibaratnya - membuang muka dari petunjuk-petunjuk tersebut . Subhanallah, jadi malu. Ingin tahu kelanjutannya? Yuk, dibaca terus.

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan mereka sendiri". — (Q.S Ar-Rad : 11)

Perubahan demi perubahan mulai saya alami sejak menikah di tahun 2011. Saya dan suami memiliki rencana untuk memperbaiki diri, tetapi awalnya kami tidak berpikir akan sampai pada perjalanan hijrah ini. Mulanya kami pun masih memiliki kebiasaan yang bisa dibilang jauh dari ridho Allah SWT. Tidak perlu dijabarkan ya, karena bukan hal yang patut dibanggakan.

Diawali dengan merencanakan kehamilan, pada pertengahan tahun 2013 kami melakukan perjalanan ke beberapa negara di Eropa. Selain untuk liburan dan temu kangen dengan teman-teman di sana, perjalanan ini diniatkan sebagai penutupan dari habit-habit kami yang terdahulu. Saya dan suami bertekad untuk meninggalkan pola hidup tersebut, agar disaat memiliki anak nanti kami dapat menjadi orang tua yang baik dan bertanggung jawab. Masih fresh dalam ingatan saya momen boarding menuju keberangkatan kembali ke tanah air di Heathrow Airport, saya berkata kepada suami, "Sudah siap ya. Mulai saat ini semua akan berubah".

Perkataan (baca: doa) tersebut diijabah oleh Allah. Pulang dari liburan tersebut, saya langsung hamil...Alhamdulillah, sungguh...Allah Maha Pemurah. Namun, ada musibah yang kami hadapi satu bulan setelah kembali ke Jakarta. Mama dari suami saya, yang sudah saya anggap seperti ibu sendiri, dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Selang kurang lebih satu bulan setelahnya, papa dari suami pun ikut menyusul.

Kehamilan dan kehilangan dua orang tersayang mendesak kami untuk bertaubat. Kami pun mulai berusaha mendalami dan menjalani ajaran-ajaran agama. Seiring berjalannya waktu saya mulai risih untuk memakai pakaian terbuka. Saya lebih nyaman memakai baju lengan panjang walaupun masih sering menggunakan lengan pendek juga, tetapi tank top dan celana pendek hanya digunakan di rumah.

Jika dalam perjalanan dan sudah masuk waktu sholat, saya sering gelisah kalau suami mengajak sholat di masjid. Perasaan tidak pantas karena tidak menutup aurat dengan benar adalah alasan utamanya. Namun, ketimbang memikirkan untuk memakai jilbab saya malah menitikberatkan pada rasa tidak mau sholat di masjid. Terciptalah suasana kurang akur antara saya dan suami setiap kali ada situasi serupa. Saya pun tersadar bahwa kekurangan ada di diri saya dan harus melakukan perubahan. Walaupun belum terpikir untuk berjilbab, sebisa mungkin saya menggunakan pakaian yang cukup sopan. Saya pun berusaha mengejar ketertinggalan saya dari suami dalam urusan beribadah.

Di saat saya merasa sudah banyak peningkatan dalam kesungguhan ibadah, ujian dari Allah datang kembali di awal tahun 2015. Mama tersayang jatuh sakit pada akhir Januari lalu. Mulai saat itu mama beberapa kali dirawat di rumah sakit, lalu menghembuskan napas terakhirnya pada bulan April. Kalimat terakhir dari mama untuk saya, "Doakan Mama terus ya, Ci". Sekilas info, Cici itu nama kecil saya. Hiks...nulis ini air mata hampir menetes...tapi ditahan. :'''''')

Setelah kepergian mama, saya baru mengerti makna pesan terakhirnya. Mama meminta agar terus didoakan, karena doa dan amal ibadah dari anak-anak mama yang bisa sampai ke alam Barzakh. Pertanyaannya, apakah saya termasuk anak soleha yang doanya bisa meringankan mama?

JENG-JENG...mulailah masa-masa kegalauan, dimana saya ingin lebih mendekatkan diri kepada Allah. Ingin berusaha membalas jasa kedua orang tua dengan menjadi anak soleha. Alhamdulillah, papa masih ada. InsyaAllah pahalanya ada bagiannya masing-masing untuk Almarhumah mama, juga untuk papa yang masih produktif dan sehat. Serta untuk suami tercinta. Aamiin. :)

GONG-(baca: hidayah)-nya datang saat saya membenahi pakaian-pakaian mama. Satu demi satu kerudung dan gamis saya rapihkan dan masukkan ke dalam kardus-kardus yang tujuannya disumbangkan untuk baksos. Disitu saya bermonolog, "Almarhumah teteh (baca: kakak kedua saya) pakai jilbab duluan sebelum mama. Terus almarhumah mama pakai jilbab setelah teteh meninggal. Apa ini giliran saya memakai jilbab? Apa sebaiknya beberapa kerudung mama ini disimpan untuk nanti saya berhijab? Mama pasti senang sekali. Ah..aduh...gimana nih? Sudahlah, jangan dibawa pusing...sumbangin saja. Nanti kalau memang niat berhijab, beli saja sendiri".

Akhirnya tidak ada satu pun pakaian mama yang saya simpan. Beberapa minggu setelahnya saya meminta suami, anak, dan adik saya, beserta sahabat adik saya yang berhijab untuk menemani ke Thamrin City. Sejak saat itu saya pun mulai berhijab. Alhamdulillah.

Berdasarkan pengalaman ini, ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan kepada teman-teman yang mungkin sedang berencana berhijrah atau berhijab, atau mungkin juga yang sedang gundah gulana. Yang pertama, hidayah itu hanya milik Allah. Jika sudah datang, peluklah dengan erat dan jangan pernah dilepaskan. Kedua, tidak perlu menunggu menjadi baik karena menutup aurat itu adalah kewajiban muslimah yang sudah baligh. Disaat saya merasakan banyak ketenangan, keindahan, dan kebahagiaan dengan berhijab, saya terkadang bertanya ke diri sendiri "Kenapa tidak dari dulu saya memakai jilbab!?". Yang lalu biarlah berlalu ya.

Berikutnya, walaupun saya baru beberapa bulan pakai jilbab, berhijab meringankan langkah saya dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Poin terakhir, hijrah untuk menjadi hamba Allah yang taat itu mudah, tetapi istiqomah dalam mempertahankan keimanannya itu sungguh sulit. Keimanan akan dikuatkan dengan beragam cobaan dan godaan. Yuk, sama-sama kita belajar menjadi manusia yang diridhoi Allah.

"Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk". — (Q.S Al-Qashash : 56)

Bagaimana dengan pengalaman teman-teman dalam berhijrah?

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

9 komentar :

  1. Doa saya smoga mbak selalu istiqomah.

    Semoga slalu dalam linndungan Allah sekeluarga :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Syukron. Doa yang sama baiknya untuk GWAN. Terima kasih sudah membaca, semoga ada manfaatnya. :)

      Hapus
  2. Makasih Jesh.. untuk sharingnya yg mengetuk hati dan menginspirasi.. semoga Jeshita dan keluarga selalu diberkahi dan selalu dalam petunjuk dan lindungan Allah SWT.. aamiin. Terharu bacanya.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Jazakillah khairan katsiiraa. Semoga Ghilang dan keluarga juga selalu dalam lindungan Allah. :)

      Hapus
  3. MasyaAllah... Balik semua memori pas baca ini sayang. Semoga kita berdua bisa selalu saling mengingatkan untuk selalu istiomah ya ibu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Terima kasih ya sudah membawa Ibu ke jalan yg lebih baik. Insya Allah kita selalu dilindungi dan diberkahi oleh Allah SWT.

      Hapus
  4. masyaallah ceritanya bagus banget, makasih jadi terinpirasi! jangan lupa juga kunjungi website resmi saya http://bit.ly/2Oz19MK

    BalasHapus

Happiness Through Sharing And Caring . All rights reserved. BLOG DESIGN BY Labinastudio .