Jeshita's personal journal of motherhood, fun-learning with the kid, homeschooling, muslim personal development, recipes, and other things she loves.

Selasa, 29 September 2015

Pijakan Awal Memulai Homeschooling: Visi Pendidikan Keluarga



Termotivasi, itulah yang selalu saya rasakan saat kegiatan Webinar bersama Rumah Inspirasi berakhir setiap Kamis malam. Sebelumnya, dengan penuh semangat, saya telah mengupas tentang pilihan metode homeschooling beserta contoh-contoh kegiatan yang dilakukan dalam keseharian keluarga kami.

Ulasan kali ini saya fokuskan pada salah satu subjek pembahasan sesi ketiga kemarin, yaitu merancang visi pendidikan keluarga. Mengapa? Pertama, karena visi ini merupakan titik awal yang krusial dalam memulai homeschooling. Kedua, saya suka sekali dengan strategic planning. Menyusun big vision homeschooling keluarga kami membawa kembali memori masa kuliah dan masa kerja sebelum menjadi stay-at-home mom. Bagaimana kami menyusun visi pendidikan keluarga? Mari disimak.

Sebelum mulai menyusun visi keluarga kami, ada beberapa hal yang perlu saya tinjau kembali. Kesiapan saya dan suami dalam menjalani homeschooling usia dini (prasekolah) untuk Si Teteh? Alhamdulillah, sudah yakin dan siap. Bahkan sudah mulai dijalani. Kesiapan Si Teteh untuk homeschooling? InsyaAllah bisa. Paling Si Teteh rasanya hanya main, padahal itu merupakan proses belajar. Kesiapan menghadapi keluarga besar dan lingkungan terdekat? Kalau kami yakin dan menghadapinya dengan santai, InsyaAllah yang lain akan mengerti dan mendukung.

Hal lain yang perlu diperhatikan sebagai inti keberhasilan memulai homeschooling adalah membangun hubungan kuat dan komunikasi yang baik antara orang tua dan anak. Kenyamanan melakukan kegiatan bersama dengan suasana bebas emosi merupakan kebutuhan dasar yang perlu kami hadirkan untuk kelancaran proses homeschooling. 


"By providing connectedness, above all, you are doing the right thing and the best thing as a parent. The connected child will achieve, at the level he is supposed to, and will enjoy doing so. He will tend to be optimistic and will be all but immune from depression. He will feel that he is safe and that his life is going well.— Dr. Hallowell, penulis 'The Childhood Roots of Adult Happiness'

Pentingnya Visi Pendidikan

Mengetahui arah yang hendak dituju (visi), apa yang dilakukan dan mengapa menjalankannya (misi), serta bagaimana cara menjalaninya (nilai-nilai/prinsip), merupakan perekat yang mempersatukan keluarga kami menjadi home team yang solid. Merencanakan visi pendidikan keluarga tidak hanya penting dalam memulai homeschooling. Rancangan ini juga berguna sebagai panduan proses belajar seandainya dikemudian hari kami menentukan untuk beralih ke pilihan sekolah.

Visi pendidikan ini juga penting dalam menanggulangi masalah-masalah dalam pelaksanaan homeschooling. Dengan menoleh kembali ke visi, kami dapat menentukan arah untuk mencari solusi yang tepat. Dalam proses evaluasi, visi dapat digunakan sebagai benchmark atau alat ukur perkembangan Si Teteh. Selain itu, rancangan ini juga dapat memudahkan kami untuk menjelaskan tentang prinsip homeschooling keluarga kepada lingkungan sekitar (keluarga besar, lembaga pendidikan, dll.)


Rancangan Visi Keluarga Kami

Pendekatan yang kami gunakan dalam perumusan visi pendidikan, yaitu dengan menciptakan gambaran besar yang didasari idealisme keluarga. Kami menentukan beberapa prinsip sebagai landasan arah mendidik anak yang kami kumpulkan melalui obrolan harian dari awal pernikahan. 

Seiring berjalannya waktu, kami mengevaluasi dan merevisi nilai-nilai (values) yang ingin kami terapkan. Saat ini yang paling esensial untuk kami adalah mengejar cita-cita setinggi akhirat, yang diseimbangkan dengan amal ibadah di dunia. Kami percaya jika Allah ada dalam setiap niat dan tujuan kami, maka dunia dan alam semesta - InsyaAllah - akan turut mendukung. Aamiin.

Berikut rancangan awal visi pendidikan kami;

Visi: Anak gemilang (Beriman, Bermanfaat, dan Bersyukur).

Misi: 
   1. Menerapkan karakter iman untuk menjadi pribadi taqwa
   2. Memahami, mendalami, dan menjalani makna Al-Quran dan Hadits Rasulullah SAW
   3. Bermanfaat bagi diri, keluarga, lingkungan, dan agama
   4. Memiliki keterampilan hidup untuk penghidupan yang layak
   5. Menerapkan rasa syukur dalam menghadapi segala situasi kehidupan

Ada tiga aspek yang meliputi visi pendidikan keluarga kami. Prinsip hubungan dengan Allah SWT (vertikal), hubungan dengan sesama makhluk (horizontal), dan hubungan dengan diri sendiri (intrapersonal). Ketiga hubungan ini didasari dengan dua pilar utama, yaitu rukun iman dan rukun islam. Kami percaya dengan memahami, menghayati, dan mengaplikasikan rukun iman dan rukun islam akan melahirkan pribadi yang ikhlas, giat beribadah, sabar, disiplin, sederhana, peduli, penuh simpati, bertanggung jawab, mandiri dan dapat dipercaya. Nilai-nilai ini yang akan diterapkan untuk mengarahkan Si Teteh (dan InsyaAllah, kelak adik-adiknya) menjadi manusia yang diridhoi Allah dan pribadi yang selalu memberi manfaat.

Meminjam pemahaman keluarga Mas Aar dan Mba Lala (Rumah Inspirasi), ada tiga kategori arah pendidikan. Orientasi dalam bidang akademis (akuntan, dokter, dll), menjadi profesional (fotografer, fashion designer, dll), dan menjadi pebisnis. Arah yang kami pilih untuk Si Teteh adalah menjadi pebisnis. Pilihan ini mengambil contoh dari Rasullullah SAW yang sukses sebagai entrepreneur sejati. Kami berharap nantinya Si Teteh dapat menjalankan peran utamanya sebagai istri dan ibu, sambil menjalankan usaha. Bisnis tersebut lahir dari minat dan potensi, yang menjadi keterampilan hidupnya. Walaupun kami memilih arah pendidikan ini, mendapatkan ijazah tetap menjadi hal yg penting. Selain untuk memperkuat perannya dalam berbisnis, dengan ijazah Si Teteh tetap memiliki kesempatan jika di tengah jalan ia merasa minatnya menuju arah pendidikan yang lain.

Khusus untuk rasa syukur, kami berusaha tanamkan sebagai sifat dasar yang harus dilatih dalam menghadapi beragam kondisi kehidupan. Selain untuk mendapatkan keridhoan Allah, bersyukur dapat menjadi alat untuk pengembangan diri (intrapersonal). Kami berharap dengan banyak bersyukur, Si Teteh dapat menjalani hidup dengan mindful. Dalam konteks keluarga kami, mindful merupakan kesadaran akan pikiran, emosi dan yang terjadi di sekeliling kita, yang menciptakan ketenangan pikiran dan jiwa. Kami menganggap reaksi terhadap suatu keadaan lebih penting daripada keadaan itu sendiri.

"Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya." — Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2999 dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan Radhiyallahu'anhu

Gambaran besar ini merupakan cara memformalkan kesepakatan kami mengenai isi dan arah pendidikan keluarga. Dari sini - InsyaAllah - akan lebih mudah untuk kami dalam menjalani proses pendidikan Si Teteh, yang diawali dengan homeschooling usia dini (prasekolah). Selanjutnya? Lihat nanti. ;)

Apakah teman-teman sudah memiliki rancangan visi pendidikan keluarga? 

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Happiness Through Sharing And Caring . All rights reserved. BLOG DESIGN BY Labinastudio .