Jeshita's personal journal of motherhood, fun-learning with the kid, homeschooling, muslim personal development, recipes, and other things she loves.

Selasa, 22 September 2015

Metode Homeschooling Keluarga Kami

- Area Bermain Si Teteh -

Pengalaman menyenangkan mengenai dasar-dasar homeschooling dalam sesi pertama webinar Rumah Inspirasi membuat saya menanti-nantikan sesi keduanya. Alhamdulillah, sesi kedua yang dilaksanakan Kamis lalu juga menarik, informatif, dan padat (kurang rasanya dua jam...haha). Kali ini pembahasan meliputi model-model homeschooling.

Setelah memahami landasan homeschooling, langkah selanjutnya adalah mempelajari metode-metodenya. Dengan mempelajari pilihannya, kita dapat menentukan pendekatan homeschooling yang paling tepat dan sesuai dengan kondisi anak dan keluarga.

Kebanyakan praktisi homeschooling tidak hanya menggunakan satu metode, tetapi bisa menerapkan dua atau lebih metode yang dianggap paling sesuai. Dimana seiring berjalannya waktu dapat menjadi metode unik keluarga. Silahkan disimak lebih lanjut untuk mengetahui lebih dalam mengenai pilihan model yang ada dan metode unik keluarga kami.

Metode-Metode Populer

Keunikan setiap keluarga menentukan pilihan pendekatan homeschooling. Namun, pada dasarnya ada beberapa metode yang banyak digunakan. Saya akan mulai dari dua metode yang paling umum dulu ya.

1. School-At-Home

School-at-home merupakan pendekatan yang paling umum, disebut juga metode tradisional. Keluarga praktisi menggunakan kurikulum sebagai panduan (untuk Indonesia, kurikulum nasional), buku-buku, jadwal dan cara evaluasi yang digunakan sama seperti sistem sekolah.

Keunggulannya; keluarga mudah untuk merancang bahan pelajaran dan jadwal belajar (kurikulum keluarga). Kekurangannya terletak pada sifatnya yang kurang fun. Selain itu peran orang tua yang harus menjadi guru dapat menjadi hambatan karena pengetahuan orang tua mungkin terbatas.

2. Unschooling

Metode yang paling umum berikutnya adalah Unschooling. Pertama kali mendengarnya saya agak bingung, tetapi setelah dipahami ternyata keluarga kami juga menjalaninya. Cara belajarnya alami (dalam dunia nyata sesuai dengan kehidupan sehar-hari), mengacu pada minat dan kepribadian anak. Harapannya anak akan belajar dengan maksimal kalau subjeknya sesuai minat sehingga memiliki motivasi dari dalam diri.

Keunggulannya; anak tidak merasa sedang belajar dan menjalaninya dengan senang hati. Anak dapat menekuni minatnya dengan sungguh-sungguh sehingga dapat menjadi ahli dalam bidangnya. Kekurangannya; anak tidak familiar dengan pola belajar pada umumnya. Dan tidak adanya proses evaluasi dapat membuat orang tua mengkhawatirkan perkembangan anaknya.

3. Classical

Selain dua metode paling umum, pendekatan lainnya adalah Classical, yang menggunakan kurikulum klasik dari Yunani kuno dan Romawi. Proses belajarnya sangat terstruktur, kaya akan unsur sejarah dan bahasa, serta penuh dengan ketelitian dan ketekunan.

Keunggulannya; kemampuan logika anak dapat berkembang dengan sangat baik. Metode ini juga cocok untuk anak yang berminat dalam bidang bahasa. Kekurangannya; anak yang kurang kemampuannya dalam menghafal dapat mengalami banyak kesulitan. Unsur kedisiplinan yang sangat tinggi juga dapat menurunkan motivasi belajar.

4. Charlotte Mason

Ciri khas dari metode ini adalah living books (buku-buku yang ditulis oleh para pengarangnya yang memiliki passion tentang subjeknya). Selain itu Charlotte Mason juga menitikberatkan pada narasi (belajar menceritakan ulang buku yang sudah dibaca), nasihat-nasihat, kebiasaan baik, seni, alam, dongeng, dan puisi.

Keunggulannya terletak pada penerapan budaya membaca. Metode ini juga melatih kemampuan presentasi anak. Wawasan anak (dan orang tua) menjadi luas dan tetap sesuai minat. Metode ini tidak terbatas oleh zaman atau area geografi tertentu. Kekurangannya terletak dalam keabstrakan struktur dan jadwal belajar, yang dapat menciptakan kebingungan untuk orang tua.

5. Montessori

Keluarga Montessori menekankan pada keindahan, kualitas, dan menghindari hal-hal yang membingungkan dan berantakan. Pendekatan ini menganggap rutinitas keseharian itu sangat penting. Praktisi Montessori membiarkan anak untuk belajar sesuai kecepatan belajarnya dan menyediakan lingkungan yang sesuai dengan jangkauan anak (area eksplorasi yang aman, kursi makan yang rendah, tempat tidur di lantai, pijakan tambahan untuk cuci tangan, dll.)

Keunggulannya; anak merasa dihargai dan memiliki rasa percaya diri yang kuat melalui cara belajar yang alami. Metode ini juga membantu anak untuk mengenali dan mengoreksi kesalahan yang mereka lakukan. Kekurangannya; orang tua perlu kesabaran dan ketekunan ekstra.

6. Eclectic

Pendekatan ini menggabungkan beberapa metode homeschooling lainnya disesuaikan dengan keperluan spesifik dan dalam waktu tertentu. Kurikulum dapat berganti setiap tahun sesuai perkembangan dan minat.

Keunggulannya; aspek fleksibilitas, orang tua dapat mengadaptasikan berbagai metode untuk subjek-subjek pelajaran yang dianggap penting dan pendekatan yang berbeda untuk tiap anak. Kekurangannya; adanya kebingungan jika orang tua tidak terlalu mengenali karakter dan pola belajar anak.

Selain metode-metode di atas, masih banyak pendekatan lain yang dapat ditemukan di Internet atau buku-buku mengenai parenting atau pendidikan anak, seperti model Waldorf, Unit-Study, dll. Silahkan research sendiri ya.


Metode Pilihan Keluarga Kami

Dari pembahasan webinar sesi kedua, kami menyadari ternyata selama ini sudah menerapkan metode Eclectic untuk proses belajar Si Teteh yang berusia 15 bulan. Kami berusaha mengenali minatnya dan mengarahkannya untuk menggali potensi yang disesuaikan dengan kebutuhan perkembangannya (dan tentu saja yang kami anggap penting).

Dasarnya kami menggunakan metode Unschooling dengan mencampur beberapa metode lain. Si Teteh kami biasakan memperhatikan dan ikut serta semampunya dalam kegiatan sehari-hari; seperti mengangkat jemuran, merapihkan mainan, membersihkan tumpahan air minum, sampai memberi makan kucing liar.

Minat dan Kebiasaan Membaca

Kami berusaha menerapkan kebiasaan membacakan buku sejak dini. Si Teteh pun sangat menikmati waktu membaca bersama (pada siang hari dan sebelum tidur). Oleh karena itu, kami berusaha menyediakan beragam buku untuknya (hampir semuanya berupa board book). Dari yang bahasa Inggris, bahasa Indonesia, dan juga yang bernuansa Islami. Kami juga membiarkan Si Teteh untuk menikmati bahan bacaan kami, seperti majalah dan katalog yang tentunya sudah boleh dihancurkan (yang disayang sebaiknya diumpetin saja deh :P ).


- Catatan Kecil - Play Ideas -

Stimulasi Usia Dini

Selain membaca, kami juga berusaha mengasah keterampilan motorik halus (fine motor), motorik kasar (gross motor), sensorik (sensory),  seni dan kerajinan (arts and crafts), dan sosial emosional.

Foto di atas merupakan catatan kecil mingguan yang kami gunakan sebagai ide bermain sambil belajar. Ide-ide tersebut dapat diganti tiap minggu atau lebih sesuai dengan minat Si Teteh dan keinginan kami (lebih tepatnya saya...haha). Ide yang sudah pernah dilakukan dapat diulang kembali. Permainan yang kurang digemari juga dapat ditunda dan dicoba kembali lain waktu. Yang penting tidak ada unsur paksaan.

Interaksi dengan binatang juga penting. Si Teteh biasa 'bertegur sapa' dengan kucing liar yang sering mampir, sambil 'ngeong-ngeong' dan dadah-dadah. Di ulang tahun pertama, kami sekeluarga pergi ke sebuah kafe kucing di area Kemang, disitu pertama kali Si Teteh berinteraksi langsung dengan kucing...pengalaman menyenangkan.

Kami juga berusaha untuk memberikan kesempatan sosialisasi dengan pergi akhir pekan untuk bertemu keluarga besar atau mengunjungi tempat bermain. Ada juga kegiatan sosialisasi berbayar seperti Kelas Bayi Bermain, yang akan kami ikuti pada bulan Oktober - Desember 2015.

Rutinitas dan Area Bermain

Salah satu cara yang kami ambil dari metode Montessori adalah menciptakan dan berusaha menjalankan rutinitas harian untuk Si Teteh. Jadwal ini fleksibel disesuaikan dengan kondisi keseharian kami (terutama saat akhir pekan). Jadwal Si Teteh saat ini;
  • 06.30 / 07.00 : Waktu bangun pagi dan menyusui
  • 07.00 - 08.00 : Persiapan makan pagi dan sarapan bersama
  • 08.00 - 08.30 : Persiapan mandi dan mandi pagi
  • 08.30 - 09.30 : Waktu main pagi
  • 09.30 - 10.00 : Menyusui dan persiapan tidur (quiet time)
  • 10.00 - 11.00 : Tidur pagi (45 menit s/d 1 jam, terkadang 30 menit, bisa juga 2 jam - batas maksimal)
  • 11.00 - 12.00 : Menyusui dilanjuti dengan main
  • 12.00 - 13.00 : Persiapan makan siang dan makan siang bersama
  • 13.00 - 14.00 : Washy-washy time (bersih-bersih setelah makan siang), lanjut dengan waktu main 
  • 14.00 - 14.30 : Menyusui dan persiapan tidur (quiet time)
  • 14.30 - 15.30 : Tidur siang (kurang lebih mirip dengan tidur pagi)
  • 15.30 - 16.30 : Menyusui dilanjuti dengan main
  • 16.30 - 17.30 : Persiapan makan sore dan makan bersama (Si Teteh makan, Ibu ngemil)
  • 17.30 - 18.00 : Persiapan mandi dan mandi sore (diusahakan mandi selesai sebelum Maghrib)
  • 18.00 - 19.00 : Bedtime routines (Si Teteh menunggu ibu beberes sambil main sebentar, lalu masuk ke kamar, menyusui, dan baca buku).
  • 19.00 / 19.30 : Tidur malam lanjut sampai pagi

Mengenai kebiasaan tidur, kami sudah melatih Si Teteh dengan mencoba berbagai cara mulai dari usia 4 bulan. Alhamdulillah, mulai usia 10 bulan Si Teteh sudah tidur di kamarnya sendiri, dan tidak perlu ditemani setelah disusui atau selesai bedtime routines.

Terdengar mudah? Haha...sekarang iya, tapi kami sudah melewati perjuangan ketar-ketir dalam sleep training (rangkaian tangis ibu dan anak...serta telepon curhat ke Bob yang masih di kantor) . Yang penting sabar dan pantang menyerah.

Masih berhubungan dengan pendekatan Montessori, kami menerapkan Baby Led Weaning (makan sendiri tanpa disuapi) sejak usia 6 bulan. Dan bulan lalu kami mulai merubah tatanan ruang keluarga menjadi lebih aman serta menyediakan area bermain yang terdiri dari cermin dipasang di dinding, karpet bermain, dan pilihan mainan harian.

Kami ingin sekali menerapkan teknik Montessori lainnya, tetapi kami punya keterbatasan dimana tempat tinggal kami merupakan rumah lama peninggalan Almarhumah Mama dan Almarhum Papa-nya Bob. Jadi banyak area-area yang kurang aman untuk eksplorasi.

Si Teteh pun tidur di dalam crib, bukan tempat tidur di lantai. Saat usia merangkak dan belum mengerti arahan, area bermain Si Teteh dibatasi pagar bayi. Yah...yang penting disesuaikan dengan kondisi rumah, keluarga dan anak ya...ga perlu maksa Montessori semuanya. :D

Pendidikan Agama dan Tata Krama

Keluarga kami juga ingin menerapkan landasan agama sejak dini. Saat ini Si Teteh sudah terbiasa mengangkat kedua tangan saat berdoa sebelum dan setelah makan, disertai mengucapkan 'Aamiin'. Sebelum tidur kami selalu membisikkan beberapa doa. Terkadang Si Teteh juga mengucapkan 'Aamiin'...kalau belum terlalu capek. :)

Si Teteh kami biasakan melihat kegiatan sholat, dan sebisa mungkin kalau lagi tidak berhalangan saya membaca Al-Quran di salah satu jam mainnya. Mengucapkan Bismillah, Alhamdulillah, Allahu Akbar, Insya Allah, Masya Allah, Subhanallah, dan Astagfirullah juga merupakan kebiasaan harian yang berusaha kami terapkan.

Penerapan keseharian lainnya adalah tata krama. Ucapan terima kasih, maaf, silahkan, dan tolong, kami jadikan tradisi harian. Sedapat mungkin kami gunakan dalam berkomunikasi dengan Si Teteh maupun dengan anggota keluarga lain.

Kurang lebih (panjang ya...peace), ini metode homeschooling yang sedang kami jalani. Kami sudah yakin untuk homeschooling usia pra-sekolah. Namun, untuk TK dan SD kami masih membuka peluang untuk pilihan sekolah.

Apakah ada diantara teman-teman yang memilih metode homeschooling? Metode apa yang digunakan? Dengan senang hati ingin mendengar cerita teman-teman melalui kolom komentar di bawah.

Terima kasih sudah membaca, semoga bermanfaat. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Happiness Through Sharing And Caring . All rights reserved. BLOG DESIGN BY Labinastudio .