Jeshita's personal journal of motherhood, fun-learning with the kid, homeschooling, muslim personal development, recipes, and other things she loves.

Selasa, 15 September 2015

Homeschooling, Insya Allah Pilihan Tepat.



Uhm...homeschooling?

Ide menjalani homeschooling untuk putri kami tercetus oleh suami. Awalnya saya merasa ragu, karena pasti saya yang akan mengemban tanggung jawabnya. Ketakutan terbesar saya yaitu mengenai pembagian waktu keseharian dan waktu belajar anak, juga tentang cara belajar dan kurikulum...ah mikirinnya saja pusing. Namun, saya tetap membuka pikiran untuk pilihan ini. Saya termasuk orang yang penuh dengan persiapan dan perencanaan, sehingga saya perlu melakukan research yang mendalam untuk meyakinkan diri saya sebelum mengambil keputusan.

Dari beberapa bulan lalu saya memulai browsing-browsing dengan tema pencarian 'Homeschooling Keluarga Indonesia'. Jika Anda mengetik dan mencarinya melalui search engine, maka akan keluar hasil pencarian yang salah satu diantaranya adalah situs Rumah Inspirasi. Saat mengunjunginya untuk pertama kali, saya langsung jatuh hati. Serasa mendapat pencerahan...TA-DA! Alhamdulillah. Ingin tahu pencerahannya seperti apa? Yuk, baca lebih lanjut.

Rumah Inspirasi merupakan situs keluarga Sumardiono yang dikelola oleh Mas Aar (Sumardiono) dan Mba Lala (Mira Julia). Mereka berdua adalah praktisi yang telah menjalani pilihan homeschooling untuk ketiga anaknya. Situs ini merupakan wadah berbagi Mas Aar dan Mba Lala tentang kegiatan keluarga mereka, khususnya mengenai homeschooling.

Posting yang paling menarik pada saat kunjungan pertama saya di situs tersebut adalah informasi mengenai pelaksanaan webinar tentang homeschooling. Setelah melihat penjelasan acara dan biaya keikutsertaan, tanpa pikir panjang...saat itu juga langsung daftar dan bayar (haha...terlalu excited).

Sebelum webinar dimulai, Rumah Inspirasi mengadakan simulasi satu minggu sebelum sesi pertama. Webinar ini diselenggarakan melalui WizIQ yang merupakan platform untuk belajar secara online. Hari itu saya tak kuasa menunggu pelaksanaan simulasi webinar. Saya sering overexcited kalau mendapat kesempatan untuk belajar sesuatu yang baru...apalagi mau mencoba online platform baru...wah wah...dag dig dug. Setelah mengikuti simulasi webinar dengan panduan suara merdu Mba Lala, saya menyimpulkan bahwa ini merupakan pilihan yang tepat sebagai investasi ilmu dalam mempelajari homeschooling.

Webinar ini seperti kelas online, dimana saya mendengarkan penjelasan dari Mas Aar dan Mba Lala (audio tanpa live streaming) sambil memperhatikan slideshow. Di sebelah kanan terdapat kolom 'Attendee List' yang menampilkan para 'murid' yang sedang mengikuti webinar. Di bawahnya ada kolom 'Chat', dimana para peserta dapat berkomunikasi. Saya dan peserta lain bebas berkomunikasi selama penjelasan berlangsung. Namun, pertanyaan hanya dilontarkan dalam bagian tanya jawab pada akhir setiap sesi. Seru ya. :)

Beberapa hari sebelum sesi webinar dilaksanakan, peserta dikirimkan materi yang bisa diunduh dari situs Rumah Inspirasi. Materi ini berupa beberapa e-book dan podcast sebagai gambaran tentang isi sesi yang akan dilaksanakan.


Webinar Sesi Pertama

Webinar Rumah Inspirasi ini diadakan setiap kamis dari pukul 19.00 - 21.00 sebanyak sepuluh sesi. Alhamdulillah, sudah masuk jam tidur si teteh. Sesi pertama jatuh pada hari Kamis lalu tanggal 10 September. Saya pun sudah bersiap-siap dari pukul 18.30, dimana kelas sudah dapat diakses. Sambil menunggu saya mendengarkan lagi podcast yang telah diunduh.

Mas Aar sebagai pemandu konten webinar berbicara selama kurang lebih satu jam pertama. Sesi perdana ini membahas mengenai panduan dasar homeschooling. Panduan ini diharapkan akan jadi bahan pertimbangan untuk membantu peserta dalam menentukan pilihan dalam menjalani homeschooling.

Mindset dan Konsep Homeschooling

Ada dua kunci konsep mengenai Homeschooling (HS) yang disebut juga Home Education (HE). Pertama, HS merupakan metode pendidikan alternatif yang berbeda dengan sekolah. Kebanyakan orang - salah satunya saya - yang berpikiran bahwa HS adalah sekolah yang dilaksanakan di rumah. Namun, bukan seperti itu pada kenyataannya. HS berbeda dengan cara pendidikan di sekolah, walaupun dua-duanya sah dan diakui oleh negara.

Dalam HS orang tua sebagai fasilitator bertanggung jawab penuh atas pendidikan anak untuk mengeluarkan potensi yang dimiliki anak. Jadi anak-anak ini adalah individu yang perlu diasah kemampuannya, bukan diseragamkan seperti cara pendidikan sekolah.

Satu hal yang perlu ditekankan, HS dan sekolah itu merupakan metode pendidikan yang sama-sama baik. Jadi HS tidak lebih baik dari sekolah, begitu pun sebaliknya. Sehingga diharapkan bagi yang ingin memilih HS siap mengemban perbedaan dari sistem mayoritas yang ada. Dengan perbedaan ini, praktisi diharapkan untuk tidak menjadi minder maupun sombong. Juga harus siap menghadapi tantangan-tantangan dari perbedaan tersebut.

Model belajar dalam HS berbeda dengan sekolah. Sistem sekolah menggunakan sistem paket, sementara HS menggunakan sistem Modular, dimana kurikulum dan jenjang pendidikan untuk tiap materi pelajaran disesuaikan dengan minat dan kemampuan anak. HS fokus pada kekuatan anak, bukan pada kekurangan anak. Kurikulum HS adalah anak.

Sebagai contoh, anak HS dapat menjalani pelajaran Bahasa Indonesia untuk tingkat SD kelas 4, sedangkan untuk Bahasa Inggris tingkat kelas 5, dan untuk Matematika tingkat SMP kelas 1. Jadi pelajaran terus berlangsung sesuai kekuatan anak, tanpa harus mengulang seluruh pelajaran jika ada satu mata pelajaran yang tertinggal. Jadi tidak ada hal 'tidak naik kelas' seperti pada sistem sekolah.

Manajemen HS fleksibel tidak seperti sekolah yang terpola. Dimana setiap keluarga dapat menentukan kapan jam belajar akan dimulai dan berakhir, yang bisa disesuaikan dengan jadwal kegiatan harian rumah tangga. Intinya menentukan yang cocok dan yang terbaik untuk keluarga.

Kunci konsep yang kedua adalah HS sebagai pendidikan berbasis keluarga. HS itu beragam, dari metode, kurikulum, dan manajemen waktu. Tiap keluarga praktisi HS dapat menyesuaikan aspek-aspek tersebut dengan kondisi anak dan keluarga. Tidak ada satu keluarga HS yang memiliki sistem atau pola pendidikan yang sama persis.

Pertimbangan Sebelum Memilih Homeschooling

Setelah memahami HS, yang perlu dipertimbangkan adalah alasan memilih HS. Untuk keluarga kami, ada beberapa alasan sebagai berikut:

  1. Ingin menanamkan pendidikan agama sedini mungkin dengan cara yang tepat. Kami merasa sekolah yang berlabel Islam pun belum tentu menjamin kualitas pendidikan agamanya. Ini merupakan pengalaman saya sebagai lulusan SDI dan SLTPI ternama.
  2. Kami ingin meningkatkan kualitas pendidikan anak, dimana kami kurang mempercayai sistem pendidikan yang semakin hari semakin komersil.
  3. Biaya pindidikan sekolah saat ini tergolong tinggi dan terkadang diluar akal sehat mahalnya. Sedangkan kualitas pendidikan pun belum terjamin. Masuk TK bisa lebih mahal daripada biaya masuk universitas...haduh.
  4. Yang tak kalah penting, kami ingin mendekatkan diri dan mengenal anak sebaik mungkin. Dengan harapan anak dapat menjadi individu yang seimbang dalam aspek spiritual, emosional, dan intelegensi. 

Berikutnya yang perlu dilakukan adalah memahami peluang dan resiko HS. Dengan menjalankan HS, keluarga kami mendapatkan fleksibilitas dari sisi pendidikan yang disesuaikan dengan anak, fleksibilitas pendanaan yang sesuai budget keluarga, pelaksanaan pendidikan secara nyata (dimana anak akan berhadapan langsung dengan kondisi kehidupan; seperti pergi belanja ke pasar, kebanding belajar tambah-tambahan di meja kelas), hubungan keluarga yang pasti akan semakin erat dengan menjalani HS.

Adapula resiko HS yang perlu diperhatikan, dimana kami harus siap dengan proses belajar tanpa henti (yang merupakan suatu hal positif untuk saya yang gemar belajar...nerd...haha), pandangan negatif dari keluarga besar dan lingkungan, ketidakpastian serta kompleksitas yang dialami sehari-hari, dan sifat ketergantungan pada keluarga dalam proses belajar.

Persiapan Homeschooling

Kami sudah menentukan pilihan HS untuk putri kami yang berusia 15 bulan September 2015 ini. Untuk awalnya kami baru merencanakan untuk menjalani HS jenjang prasekolah. Sementara ini kami sudah mejalankan metode belajar sambil bermain setiap harinya.

Saya yang bertanggung jawab penuh sebagai fasilitator harian, suami saya sebagai fasilitator di saat waktu luang atau akhir pekan. Suami biasa menyempatkan waktu bersama putri kami sebelum berangkat kantor dan di akhir pekan. Akhir pekan, waktunya Bob (Bob adalah panggilan pengganti Bapak di keluarga kami. Karangan suami...peace). 

Grand plan pelaksanaan HS keluarga kami masih dalam tahap perencanaan oleh saya (masih draft kasar di dalam kepala dan catatan Evernote), nantinya jika sudah rampung 50% akan saya diskusikan kembali dengan suami. 

Sedangkan untuk Big Vision HS keluarga kami, kami berharap putri kami dapat tumbuh menjadi individu yang selalu bermanfaat bagi dirinya, keluarga, dan lingkungan; dengan memiliki keseimbangan aspek spiritual, emosional dan intelegensi. Insya Allah putri kami dapat menjadi ahli surga. Aamiin Ya Rabb.


Insya Allah kami siap menjalani HS untuk putri kami.

Terima kasih banyak untuk Mas Aar dan Mba Lala yang telah membuka mata pengetahuan untuk saya dan suami, dan juga memantapkan hati dan menenangkan pikiran kami untuk menjalankan HS.


Tertarik Untuk Ikutan Webinar Rumah Inspirasi?

Bagi teman-teman yang tertarik untuk mengikuti kegiatan Webinar Homeschooling Rumah Inspirasi, masih ada kesempatan untuk mengikuti sesi kedua sampai dengan kesepuluh yang akan diadakan tiap Kamis.

Sesi kedua akan diadakan pada Kamis tanggal 17 September 2015, pukul 19.00 - 21.00. Tertarik? Silahkan kunjungi langsung situs Rumah Inspirasi atau hubungi Mas Aar dan Mba Lala di alamat email berikut: support@rumahinspirasi.com.


PS: Apakah ada diantara teman-teman yang juga sedang merencanakan homeschooling? 
Saya sangat senang jika Anda ingin berbagi di komen post ini. Terima kasih atas kunjungannya.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.





4 komentar :

  1. Assalamualaykum Ibuu....

    Semangat terus ya, tulisannya menyenangkan untuk dibaca dan informatif

    -Bob-

    BalasHapus
    Balasan
    1. Walaikumsalam, Bob.

      Terima kasih untuk dukungannya selalu.

      Hapus
  2. Untuk interaksi dengan teman seumurannya gimana, Si?

    -Tante Una-

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo Tante Una,

      Mengenai sosialisasi anak, ini merupakan asumsi atau kekhawatiran umum ttg HS.

      Menurut praktisi HS berpengalaman, anak-anak HS kegiatannya tidak hanya di rumah. Sesama anak HS dapat bertemu melalui kegiatan seperti klub olahraga, kegiatan seni, kelompok pengajian, les sesuai minat. Atau kegiatan yang disesuaikan dengan kegemaran keluarga, seperti traveling, kunjungan ke panti asuhan, dll.

      Jadi anak HS kegiatan sosialisasinya tidak terbatas dengan anak sebaya di dalam kelas. Mereka juga terbiasa beradaptasi dengan orang-orang dari berbagai range usia karena praktek kehidupan harian keluarga.

      Ini tergantung dari inisiatif dan kreatifitas orang tua dalam merancang kegiatan untuk anak.

      Contoh nyatanya, Sisi sudah mendftarkan Ayisha untuk ikut Kelas Bayi Bermain mulai bulan Oktober s/d Desember ini. Tujuannya Ayisha bisa bermain sambil bertemu dengan teman-teman yang range usianya tidak jauh beda. Lebih detailnya ada di link ini: http://rumahdandelion.com/kelas-bayi-bermain-bersama-rumah-dandelion/

      Semoga menjawab pertanyaan Tante Una ya. Insya Allah Sisi akan membahas mengenai sosialisasi anak di posting HS selanjutnya.

      Makasi ya sudah mampir di blog Sisi <3

      Hapus

Happiness Through Sharing And Caring . All rights reserved. BLOG DESIGN BY Labinastudio .