Jeshita's personal journal of motherhood, fun-learning with the kid, homeschooling, muslim personal development, recipes, and other things she loves.

Kamis, 21 Januari 2016

Kembali Bersama Rumah Dandelion: Skrining Perkembangan Usia 18-24 Bulan


Asik, Kelas Bayi Bermain periode Januari/Maret 2016 telah dimulai. Apa saja yang dilakukan saat skrining perkembangan di pertemuan pertama kemarin?


Sebelum membahas lebih jauh mengenai kegiatan kami Sabtu kemarin, saya ingin sedikit berbagi mengenai keseluruhan pengalaman kami bersama Rumah Dandelion periode Oktober/Desember 2015. Kami merasa setiap sesi yang dilakukan di Kelas Bayi Bermain merupakan kegiatan yang sangat berharga.

Selain menjadi rutinitas yang dikhususkan untuk bermain bersama Si Teteh dan teman-teman sekelasnya, setiap pertemuan dengan Rumah Dandelion memberikan inspirasi dan motivasi untuk kami bermain dengan Si Teteh di rumah. Kami sebagai orangtua jadi lebih memperhatikan perkembangan Si Teteh dan ia pun lebih luwes dalam berinteraksi dengan teman sebayanya berkat Rumah Dandelion.

Oleh karena itu, kami memutuskan untuk ikut serta dalam periode kali ini. Yang tadinya Si Teteh tergabung dalam kelas Kupu-Kupu (usia 12-18 bulan), sekarang ia masuk dalam kelas Kepik (usia 18-24 bulan). Wah, tak sabar untuk ikut pertemuan selanjutnya di mana sesi bermain akan dimulai.

Seperti sebelumnya, periode kali ini terdiri dari satu sesi skrining perkembangan dan tujuh sesi bermain. Tidak jauh berbeda dengan sesi skrining pada periode lalu, pertemuan kemarin terdiri dari beberapa bagian. Diantaranya penjelasan tentang garis besar kegiatan seluruh periode, pentingnya skrining pertumbuhan, dan kegiatan skrining itu sendiri. Seseru apa pertemuan pertama kemarin? Silakan disimak.

Sesi kemarin dibuka oleh Tante Nadia dengan penjelasan mengenai Kelas Bayi Bermain dan pentingnya melakukan skrining perkembangan anak. Menurut Rumah Dandelion skrining perkembangan perlu dilakukan secara berkala, kurang lebih 3 bulan sekali. Pendeteksian dini terhadap perkembangan kemampuan anak sangat penting, terutama apabila adanya keterlambatan.

Jika keterlambatan perkembangan anak diketahui sejak dini, penanganan dapat segera dilakukan. Semakin cepat penanganannya, maka semakin cepat pula pengoptimalan perkembangan anak. Perihal keterlambatan ini yang sering membuat orangtua menjadi khawatir atau takut.

Yang menjadi masalah adalah ketika orangtua - tanpa pikir panjang atau observasi lebih jauh - langsung menganggap anaknya lebih lambat atau lebih cepat jika dibandingkan dengan anak lain. Sedangkan keduanya masih dalam batasan normal untuk anak seusianya. Jadi sebaiknya orangtua tidak membanding-bandingkan, melainkan memahami kemampuan yang diperlukan oleh anak disesuaikan dengan batasan usia.

Sekiranya itu intisari dari penjelasan kemarin yang dapat saya ingat. Selanjutnya, kelas yang terdiri dari 10 peserta dibagi menjadi beberapa kelompok. Kegiatan skrining pun dimulai.


Senang sekali, periode ini bertemu dan satu grup skrining kembali bersama Rui. Kali ini kami mendapat teman baru, Al. Di periode terdahulu kami satu kelompok dengan Al (Alarik), tetapi sekarang bersama Al-Fatih. :)

Aspek perkembangan yang dicakup dalam kegiatan kemarin diantaranya adalah motorik kasar, motorik halus, sosial emosional, dan bahasa. Dalam skrining perkembangan ada beberapa hal yang langsung diuji, adapula yang ditanyakan kepada orangtua. Kemampuan yang diuji/ditanya adalah sebagai berikut:
  • Melompat
  • Naik dan turun beberapa anak tangga
  • Melempar, menangkap, dan menendang bola
  • Menjumput kacang merah, memasukkan dan mengeluarkannya ke dalam/dari wadah
  • Menumpuk balok spons, diusahakan lebih dari tiga tumpuk
  • Makan beberapa potongan pisang dengan sendok
  • Menggunakan garpu untuk makan
  • Memegang gelas sendiri untuk minum
  • Mencoba menyikat gigi
  • Kata-kata atau rangkaian kata yang sudah dapat diucapkan dengan benar
  • Menunjuk benda yang disebut dalam gambar, dan menyebutnya
  • Menggambar (lebih tepatnya corat-coret) di atas kertas dengan krayon
  • Membantu pekerjaan rumah atau berpura-pura 
  • Berlari
  • Berjalan mundur
  • Mengangkat satu kaki tanpa dipegangi


Ada beberapa hal dalam skrining kemarin, yang kami sebagai orangtua pun tidak mengetahui kalau Si Teteh sudah dapat melakukannya. Saat diajak menumpuk balok, saya yakin Si Teteh bisa melakukannya karena di rumah sering bermain balok. Namun, kami tidak menyangka kalau ia bisa menyusun begitu banyak balok tanpa dibantu. Di rumah kami menggunakan balok kayu untuk anak usia 3,5 tahun. Sehingga tergolong lebih sulit untuk menumpuk balok dalam jumlah banyak.

Kemudian di saat ia diminta untuk bermain corat-coret dengan krayon di atas kertas, kami yakin Si Teteh sudah ahli dalam mencorat-coret. Tetapi ketika diminta untuk mengikuti membuat garis lurus...wah...tak sangka ia dapat melakukannya. Saya dan Bob (baca: suami saya) langsung saling menatap, penuh rasa heran dan haru. 

Hal yang perlu kami perhatikan adalah kemampuan bahasa Si Teteh. Saat menginjak usia 18 bulan, kami menghitung perbendaharaannya sudah lebih dari 25 kata. Ia pun sudah memiliki beberapa rangkaian kata. Namun, jika Si Teteh diminta menunjuk misalkan kucing dalam gambar, ia tidak melakukannya. Ia dapat menunjuk hewan yang dimaksud jika saya memberikan petunjuk dengan menggunakan suara hewannya. Mungkin hal ini dapat menjadi fokus dalam permainan-permainan kami di rumah.

Selama kelas berlangsung, Si Teteh terlihat sangat nyaman. Dapat dilihat dari gayanya yang asik tengkurap saat yang lain diminta untuk menunjuk gambar. Interaksinya dengan Rui pun sudah sangat berbeda. Senangnya melihat kemampuan sosialisasi Si Teteh begitu berkembang. 

Sesi skrining perkembangan bersama Rumah Dandelion ini mengawali periode baru yang menyenangkan dan bermanfaat. Alhamdulillah.

Sudahkah teman-teman melakukan skrining perkembangan anak?

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.



Related Post:

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Happiness Through Sharing And Caring . All rights reserved. BLOG DESIGN BY Labinastudio .